TabloidNova.com - Sebagai kota budaya dengan kekentalan sejarah, kuliner Yogya memang komplet. Bahkan, ada satu kuliner yang bisa disebut saksi sejarah perkembangan kota, yaitu Kedai Ice Cream Tip Top. Lokasinya di Jl. Mangkubumi yang sekarang berubah nama menjadi Jl. Marga Utama. Nama jalan dikembalikan ke nama semula demi keaslian sejarah oleh Sultan HB X sejak Jumat 20 Desember 2013 lalu.
Wajar Kedai Tip Top diyakini sebagai saksi sejarah perjuangan bangsa, perkembangan kota, dan keberhasilan warga asli maupun pendatang yang pernah belajar di kota ini. Betapa tidak, usia Tip Top memang sangat panjang. Tahun 1936 Lukas Alim Kurnianto, pendiri kedai Tip Top, sudah berjualan es loli/lilin. Ia keliling dari kampung ke kampung di seluruh kota. Tahun 1940 sebelum Indonesia Merdeka, Lukas yang keturunan Belanda, resmi membuka kedainya. Letaknya hanya sekitar 150 meter arah selatan Tugu Yogya.
Di masa itu, kedai es krim hanya bisa dijangkau kalangan atas. Ketika Lukas membuka kedai, pelanggannya adalah kaum bangsawan, para saudagar, atau warga Belanda yang berdiam di kota bersejarah itu.
Ketika para pelajar dan mahasiswa berhasil dalam studi dan taraf perekonomiannya membaik, merekalah kemudian yang menjadi pelanggan Tip Top. "Saat studi di Yogya, para mahasiswa ini masih pacaran. Mereka kebanyakan adalah pelanggan kami. Ternyata, sampai punya anak dan cucu, mereka masih setia. Biasanya saat libur, pelanggan datang lagi bersama anak-anak dan cucunya," terang Setiawan, anak Lukas.
Kaum bangsawan yang tetap setia adalah dari kalangan keraton. "Ngarsodalem Sultan HB X dan GKR Hemas adalah penggemar es krim kami. Ngarsodalem bahkan beberapa kali datang sendiri membeli es krim dengan membayar kontan," imbuh Michael Parahita, anak Setiawan, yang sempat mengelola Tip Top beberapa tahun lalu.
Kini pengelolaan Tip Top kembali dikendalikan Setiawan. Pria ini juga berprofesi fotografer senior yang juga dosen fotografi di ISI Yogyakarta. Menurut Setiawan, Lebaran lalu pengunjung begitu ramai. Bahkan, menurut Michael, pernah di masa Lebaran, pihaknya harus membuka tenda. Sebab, kedai sudah tidak bisa menampung tamu.
Kerinduan pencinta es krim menurut Michael karena kedai itu masih menggunakan resep turun-temurun dari mendiang Lukas. Yaitu tidak menggunakan pemanis buatan dan bahan pengawet lainnya. Ini dibuktikan dengan tekstur yang sempat mencair begitu suhu udara lebih panas dari suhu di show case-nya. "Susunya juga asli dari susu sapi para peternak di Kaliurang. Saya hanya membuat beberapa variasi saja. Misalnya dengan menambahkan buah segar," terang Michael.
Uniknya, mesin pemroses es krim masih memakai mesin kuno yang dibeli Lukas di tahun 1950. Show case penyimpan es krimnya juga masih sama dengan saat kedai didirikan pertama kali.
Bukan sekadar soal rasa, Tip Top tetap teguh menjaga orisinalitas interior dan furnitur kedai. Termasuk juga dari penataan dan jumlah meja-kursinya. Nuansa interior berwarna serba krem memang terasa flat. Akan tetapi, itulah pesona "berani beda" yang ditampilkan Tip Top, sehingga kedai ini eksistensinya tetap top, tak tertelan zaman.
Cara pelayanan dan penyajian yang sederhana tanpa meninggalkan keramahan, adalah ciri khas Kedai Ice Cream Tip Top. Ini identik dengan ciri khas perilaku umumnya warga Yogya. Ketenangan inilah yang membuat pelanggannya kangen untuk kembali dan kembali lagi. Yang berubah dari waktu ke waktu tentunya harga es krim yang disesuaikan perkembangan ekomoni.
Range harga mulai dari belasan ribu hingga Rp23.000. Ada tujuh varian rasa. Andalannya antara lain Banana Split, perpaduan pisang, cokelat dan es krim. "Ada juga Fosco, Cassatta, Vanilla Float, Strawberry dan Kopyor."
Tip Top sebenarnya tidak cuma menjual es krim. Ia juga menerima pesanan kudapan, mulai dari cake lapis Surabaya, risoles, pastel sampai loenpia. Jam operasional setiap harinya antara pukul 09.00-13.30 dan pukul 17.00 - 21.30. Hari Minggu tutup.
Rini Sulistyati / Foto: Rini / DOK NOVA
KOMENTAR