TabloidNova.com - Bandung seakan tak pernah kehabisan ide kreatif. Beragam cara ditemukan dan dilakukan urang Bandung secara kreatif untuk meningkatkan perekonomian mereka. Bukan hanya dari kalangan masyarakat, melainkan juga pemerintah kota Bandung. Salah satu program pemkot yang digelar setiap malam Minggu, Culinary Night, menawarkan ragam kuliner khas Bandung.
Ratusan stan berjajar di beberapa titik lokasi. Terlihat beberapa penjual menawarkan jenis makanan yang senada, tapi terkadang berbeda varian rasa. Tengok saja saat CN yang digelar di Jalan Pasundan yang masuk dalam wilayah Kecamatan Rengkol, Sabtu (11/10) malam silam. Di acara yang digelar di ruas jalan antara Jalan Pungkur dan Jalan Sasak Gantung itu, berderet stan kuliner di sepanjang jalan. Mayoritas stan menjajakan camilan atau minuman ringan. Hanya 1-2 yang menjajakan menu "berat" seperti nasi.
Salah satu yang menarik perhatian sebut saja makanan tradisional seperti awug dan ulen yang dikemas secara modern dalam kotak kardus berukuran kecil. Ulen ditawarkan dalam aneka rasa yang mewakili citarasa kekinian, antara lain rasa green tea.
Menangguk Untung Besar
Makanan lain yang banyak dijumpai di Jalan Pasundan adalah sosis bakar dan goreng dalam beragam ukuran yang jarang dijumpai di kota lain. Mulai dari ukuran biasa sampai sepanjang 30 cm per potong. Ada pula pizza, salad buah, kentang goreng yang dijual dalam bentuk ulir sangat panjang, hotdog, yogurt, crepes, bahkan sushi. Semua makanan yang disajikan secara apik tersebut terasa menggoda untuk dicicipi.
Apalagi, melihat es lilin Likliki aneka warna dalam freezer yang dibawa langsung ke stan di pinggir jalan itu. Es lilin yang diklaim memiliki tekstur dan rasa seperti es krim ini menawarkan beragam varian rasa. Sebut saja rasa durian, kelapa, melon, cokelat, stroberi, mangga, hingga kopi. Sungguh menyegarkan di malam yang terasa panas dan agak sesak karena penuhnya pengunjung.
Ternyata, rasanya pun banyak yang unik. "Selain rasa matcha, ada juga rasa sakura, yang warna pink ini. Terbuat dari sari bunga sakura asli. Saya khusus mengimpornya dari Jepang, jadi tidak ada yang menyamai," ujar Rahmat sambil menunjuk mochi yang disusun di pojok freezer.
Membuka usaha mochi baru satu tahun belakangan, Rahmat dan istrinya mengaku menangguk untung cukup besar dari keikutsertaannya dalam CN. "Untuk CN di Rengkol yang sudah diadakan dua kali, kami selalu ikut. Tiap kali ikut, minimal laku 200 buah. Kalau CN di Jalan Dago, minimal laku 600 buah," imbuh Rahmat yang menjual mochinya seharga Rp 6.000 per buah.
Suasana seru nan asyik terlihat di depan stan Rahmat. Puluhan orang berdiri menyaksikan pertunjukan berupa lagu-lagu tradisional dari kelompok kesenian lokal. Sambil memainkan alat musik di tangan masing-masing, kelompok yang semua anggotanya ibu-ibu ini menyanyikan lagu dalam bahasa Sunda sambil melawak, membuat para penonton tertawa terpingkal-pingkal.
Hasuna Daylailatu
FOTO-FOTO: NOVA/DANIEL SUPRIYONO
KOMENTAR