Bagi Ros, Arif adalah anak yang baik dan bertanggung jawab pada keluarga. Semasa masih di kampung halaman, Arif sudah bekerja serabutan. Kadang membantu jadi buruh tani, kadang kerja di pabrik tapioka yang sistemnya ganti shift sampai lima kali itu. "Arif hanya tamatan SMP. Sekolah berhenti karena kami sudah tidak punya biaya. Suami saya hanya kerja sebagai buruh tani."
Kondisi makin sulit karena Ros sering sakit. "Saya kena asma. Kalau sudah kambuh, langsung dada sakit dan batuk-batuk. Nah, ketika Arif berangkat kerja di Tangerang, saya sedang dirawat di Rumah Sakit. Sampai rumah, barulah saya diberitahu, kalau Arif ingin cari penghasilan di Jakarta. Gajinya akan dipakai untuk biaya berobat."
Sesampai Jakarta, Arif sempat telepon. "Ia bilang minta maaf karena tidak pamit saat berangkat kerja. Ia bilang memang ingin bekerja untuk biaya berobat. Saya terharu. Arif memang anak yang perhatian sama orangtua. Saat itu, saya berpesan agar hati-hati bekerja. Tekun dan jangan mengecewakan pemilik usaha. Tapi, saya tidak sangka, ternyata Pak Yuki orang jahat yang gampang main pukul."
Ros mengaku memang butuh dana untuk berobat. "Saya sempat telepon Arif lewat HP-nya Pak Yuki. Saya terus terang bilang butuh kiriman uang untuk berobat. Namun, Arif mengaku ingin bilang bos dulu. Arif memang tak pernah kirim uang karena ternyata enggak pernah terima gaji."
Sebagai orangtua, Ros mengaku prihatin ketika Arif sampai di rumah. "Tubuhnya dekil karena tak pernah mandi. Apa pun keadaannya, saya lega dia sudah di rumah. Saya minta ia kerja di Lampung saja, enggak perlu jauh-jauh."
Henry
KOMENTAR