Agaknya ungkapan "cemburu itu buta" memang benar adanya. Setidaknya, inilah yang dialami Del (27) yang sehari-hari bekerja sebagai petugas quality control di sebuah pabrik garmen di Citereup, Bogor (Jabar).
Kata Del, sudah tiga bulan ia berpacaran dengan Adam. Hingga suatu hari, pria pujaannya lenyap tanpa kabar. "Saya tidak bisa menghubungi dia lagi," ujar Del saat ditemui di Polresta Depok, Kamis (21/6).
Ia pun terperanjat ketika suatu hari melihat Adam berboncengan mesra dengan Titi (29), teman Del. Dulu Titi pernah kerja di pabrik yang sama tapi kemudian beralih profesi sebagai tukang kredit keliling. Hati Del panas. Apalagi, katanya, "Titi, kan, judes. Kalau menagih utang, omongannya kasar. Kita enggak boleh telat bayar sehari pun." Del mengaku pernah diperlakukan tak menyenangkan saat berutang uang Rp 375 ribu. "Dia menagih dengan kasar. Meski awalnya biasa saja, saya lalu jadi sakit hati."
Sakit hati ini semakin menjadi setelah Del digerogoti rasa cemburu lantaran mengetahui hubungan asmara Adam dan Titi. Kepada Vi (18), yang diakui Del sebagai adik iparnya, ia mengungkapkan rencananya menghabisi Titi. "Waktu itu Vi melarang saya."
Kepalang memelihara dendam, janda tanpa anak ini menyusun rencana. Senin (11/6) pukul 19.00, Del menelepon Titi yang tengah menagih utang teman-temannya di dalam pabrik tempatnya dulu bekerja. "Saya bilang, saya tunggu di depan pabrik." Setelah bertemu, Del mengajaknya ke rumah petak yang dikontrak Vi di Kampung Bendungan, Kel. Cilodong, Depok. Di sinilah Titi kemudian meregang nyawa.
Awalnya Del hanya mengajak Titi mengobrol. Sekitar pukul 21.00, ketika ibu dan anak Vi sedang ke warung dan Vi di luar rumah, Del beraksi. Titi yang sedang asyik menonton teve dijerat lehernya dengan seuntai kabel yang ditemukannya di samping rumah tersebut. Tanpa perlawanan, Titi yang tengah hamil lima bulan, tewas seketika. "Tak lama kemudiam Vi masuk ke dalam rumah."
Panik, Del dan Vi menyembunyikan mayat Titi di kolong tempat tidur. Ketika hendak memberesi tas Titi, "Saya lihat banyak sekali uangnya," ujar Del pelan. Merasa tergiur, Del mengambil uang yang setelah dihitung berjumlah Rp 32 juta tersebut. Tak hanya itu. Perhiasan Titi berupa sebuah gelang, kalung, serta dua cincin juga disikatnya.
Masalah kemudian datang karena Del tak tahu ke mana harus membuang mayat Titi. Vi lalu menelepon temannya, Din (20), minta bantuan. Iming-iming uang meluluhkan hati Din. Akhirnya, dengan sepeda motor matic warna hijau milik Del, ketiganya membawa mayat Titi. "Kami berboncengan berempat, Titi didudukkan seperti biasa. Sebetulnya tempat duduknya tidak muat, apalagi Vi sedang hamil besar, tapi kami paksakan," jelas Del lirih.
Tengah malam itu mereka berkeliling mencari tempat yang sepi dan gelap. Setelah merasa cukup jauh, Titi dan tasnya yang sudah kosong dibuang di sebuah kebun bambu di Kampung Sawah, Depok. Sebelum mengantar Vi dan Din pulang, Del membagikan uang masing-masing Rp 2 juta dan Rp 1 juta.
Seumur Hidup
Berita yang lebih lengkap dan dalam ada di Tabloid NOVA. Belinya enggak repot, kok.
Sahabat NOVA bisa pilih langganan di Grid Store, atau baca versi elektroniknya (e-magz) di Gramedia.com, MyEdisi, atau Majalah.id.
KOMENTAR