Ketika ditemui sesaat sebelum mengendarai sepeda bersama calon suaminya, kepada NOVA, GKR Bendara mengaku baru akan dipingit dua hari menjelang pelaksanaan akad nikah atau ijab qabul. Finalis Miss Indonesia 2009 ini juga mengatakan, seusai menikah nanti ingin berbulan madu ke tempat yang romantis.
Biasanya calon pengantin keraton menjalani Pingitan, kenapa malah sepedaan?
Enggak. Saya dipingit mulai tanggal 16 Oktober. Kebetulan calon suami saya, kan, tinggal di Jakarta. Saya juga punya usaha di Jakarta. Jadi tidak mungkin lah saya menjalani Pingitan selama 40 hari dan tidak ngapa-ngapin. Kan, repot juga.
Calon pengantin biasanya rajin luluran. Anda, luluran berapa kali dalam semingu?
Seminggu tiga kali. Kalau kebetulan sedang di Jakarta, ya, lulurannya di Jakarta. Tapi karena ini sudah mendekati hari H, ya, saya luluran di keraton.
Bagaimana perasaannya menjelang hari H?
Yang pasti nervous, gugup, ya. Tapi juga ada perasaan tidak sabar. Ingin segera tiba di hari H. Tapi, kok, rasanya seperti masih ada saja yang belum kelar gitu, lho. Tapi insya Allah, pasti kelar.
Kenapa memilih tempat resepsi di Bangsal Kepatihan?
Soalnya saya ingin sesuatu yang berbeda dari acara pernikahan keraton yang sudah ada. Berhubung saya lulusan Jurusan Pariwisata, jadi saya ingin acara pernikahan ini menjadi satu atraksi wisata dan bisa meningkatkan perputaran ekonomi di Jogja. Saya kepengin rakyat juga ikut menonton. Sebab kalau kirab keliling benteng keraton, yang punya hak cuma kakak saya yang sulung (GKR Pembayun, Red.). Lalu Bapak saya bilang, kenapa tidak di Kepatihan saja?
Dari keraton bisa naik kereta. Jadi bisa untuk meningkatkan nilai pariwisata juga. Dulu, yang pernah resepsi di sana putra-putri Sultan HB VII. Jadi saya maunya sekalian untuk mengenang tradisi-tradisi yang sudah terlupakan, yang orang tidak tahu bahwa dulu di Kepatihan juga pernah dipakai untuk upacara resepsi pengantin keraton.
Ide kami berdua.
Ketika hendak melangkahi kakak, GKR Nurabra, bagaimana rasanya?
Saya, sih, sudah mengobrol dengan kakak saya. Jawabannya, "Ya sudah, kalau jodohmu sudah datang, ya, mangga, silakan melangkahi. Saya juga tidak apa-apa." Awalnya saya sempat mengajak menikah bersama-sama, tapi kakak saya bilang, "Nanti lah, kamu dulu saja." Ya, sudah.
Dalam adat Jawa ada istilah Pelangkah. Apa yang akan diberikan kepada kakak sebagai Pelangkah?
Hmm, sampai sekarang dia belum minta apa-apa. Tapi, ya, kami sedang mencari-cari. Ya, mungkin seperangkat baju, sepatu, tas, dan segala macamnya.
Oh ya, nanti usai menikah akan berbulan madu ke mana?
Wah, ke mana, ya? Belum terpikir. Usai pernaikahan di keraton, kan, masih akan ada acara ngunduh mantu di Jakarta. Jadi memikirkannya setelah itu saja. Tapi kami, sih, terpikirnya antara Bangka Belitung dan Lombok.
Tidak ke vila Ngeksigondo di Kaliurang?
Sudah sering, sih. Dulu waktu saya masih kecil sering ke sana. Tapi kami inginnya yang dekat-dekat dengan pantai. Tempat yang romantis lah.
Rini Sulistyati
KOMENTAR