Ancaman pun kian meluas. Tak heran, wilayah yang dianggap aman makin jauh. Jika sebelumnya hanya di areal 10 Km dari pusat Merapi, kini diperluas menjadi radius 20 Km. Jumlah pengungsi melonjak drastis, yang berakibat fasilitas di barak pengungsi makin memprihatinkan karena tak sebanding dengan jumlah pengungsi.
Hujan deras yang mengguyur Merapi dua hari belakangan ini pun makin memicu keluarnya material dari perut bumi. Dan Kamis (4/11) tengah malam, Merapi kembali mengeluarkan asap panas disertai kerikil dan abu vulkanik. Kali ini jangkauannya makin meluas.
Yogyakarta pun semakin mencekam. Warga yang tinggal di utara Yogya panik setelah rumahnya dihujani abu, kerikil, disertai aroma belerang yang begitu menyengat. Jalan Kaliurang, yang lengang di malam hari, mendadak dipenuhi aneka kendaraan. Dari mobil pribadi, truk evakuasi, hingga ratusan motor. Semua berwarna sama, abu-abu karena tertutup abu.
Setelah lalu lintas sedikit reda, giliran sirene ambulan meraung-raung memecah malam. Hampir setiap lima menit sekali, ambulan datang dari arah Utara menuju RS Sardjito. Mengangkut tubuh-tubuh yang gosong. Ada yang bisa diselematkan, ada pula yang harus menemui ajalnya. Hingga Jumat (5/11) malam, tercatat 73 orang meninggal akibat ganasnya semburan Merapi. Yogya yang seharusnya ceria karena baru merayakan HUT-nya ke 254 pun dilanda duka ...
Tim NOVA
KOMENTAR