Ini untuk menghindari jika terjadinya masalah, misalnya perceraian. “Pada saat pembagian harta, langsung bisa ditentukan dibagi dua! Karena ada aset yang bisa dibagi dua jika bercerai.”
Jika pembagian saham tidak jelas, saat keributan terjadi bisa jadi karena salah satu pihak sahamnya jauh lebih besar. “Akibatnya, salah satu pasangan malah tidak dapat apa-apa karena prosentase yang kecil tersebut. Padahal, bisa jadi pihak yang prosentasenya kecil kerjanya malah lebih banyak.”
3. Siapa yang Menjalankan
Pembagian kerja harus jelas, suami mengerjakan apa, istri menjalani apa. “Misalnya, istri mengurus keuangan, HRD, pegawai di toko, dan administrasi. Sementara suami mengurus barang, produksi barang dan penjualan.”
Begitu juga dengan pembagian jabatan dalam perusahaan, contoh suami jadi direktur, lalu istri jadi wakil direktur. “Saat memberi ide dan diskusi, putusan tetap pada siapa yang menjalankan. Masing-masing harus mengerti batasan wewenang dan putusan yang diambil.”
4. Rekening Perusahaan
Suami istri harus memiliki rekening masing-masing, tapi juga harus ada rekening bisnis atau rekening perusahaan untuk keluar masuknya pengeluaran dan keuntungan. “Jika belum memiliki rekening perusahaan, buka saja rekening bersama. Misalnya, suami pegang ATM jadi tahu jumlah saldo, sementara istri pegang token untuk melakukan transfer. Sehingga dua-duanya punya akses yang sama.”
Dari rekening perusahaan akan kelihatan untung ruginya seperti apa. “Sebenarnya bisnis ini untung atau tidak, sih? Kalau keluar masuknya dari rekening sendiri tidak akan kelihatan, karena dicampuradukkan dengan uang pribadi.”
Jika ingin menjadi perusahaan resmi atau PT diwajibkan memenuhi persyaratan salah satunya harus ada financial agreement, perjanjian pra nikah atau setelah nikah. “Kalau ribet, sebaiknya bikin CV saja dulu, di mana secara administrasi lebih ringan.”
5. Modal
Modal bisa berasal darimana saja, misalnya, KTA asal bisa membayar cicilannya dan jumlahnya tidak terlalu besar. “Jumlah modal tidak harus besar yang penting bisa mengelolanya. Beli saja barang semampunya atau cari link yang bisa membeli dalam jumlah sedikit. Begitu uang masuk lalu belikan barang lagi.”
Modal kecil memang akan lambat keuntungannya karena menunggu uang masuk baru membeli barang lagi. Tapi keuntungannya bisa kelihatan. “Berbeda dengan modal besar bisa saja membeli barang dalam jumlah banyak, tapi tidak ketahuan untungnya.” Teja juga menyarankan menjadi reseller yaitu mengambil barang dari orang lain.
Penulis | : | Noverita |
Editor | : | Ade Ryani HMK |
KOMENTAR