Masalah rumah tangga pasti dialami setiap pasangan. Mungkin di awal pernikahan masih dalam suasana bulan madu sehingga konflik belum ada.
Tapi, setelah usia pernikahan bertambah, konflik pun mulai muncul sehingga menimbulkan stres pada masing-masing orang. Termasuk ketika belakangan ini, Anda mendapati suami menjadi lebih sensitif dan cepat marah. Hmm, bisa jadi ia tengah dilanda stres.
Lalu bagaimana caranya agar tidak berkepanjangan dan mengganggu rumah tangga?
1. Peka
Kenali di awal gejala emosional atau psikis seperti cepat marah, mood yang naik turun, kehilangan minat terhadap pasangan dan aktivitas sosial lainnya, gangguan tidur, masalah daya ingat atau memori dan cemas yang berlebihan.
“Sedangkan gejala fisik antara lain, turunnya berat badan, kelelahan yang kronis, mual-mual, gangguan lambung, jerawatan. Stres yang berkepanjangan bisa menimbulkan krisis pernikahan, penyakit-penyakit yang menetap, perselingkuhan, bahkan kematian pasangan,” jelas I. Luki Arinta, Psi.,M.Si., Inner Growth Psychologist.
Adapun ciri-ciri pasangan yang sedang stres, terlihat saat pasangan lebih pendiam dari biasanya atau sebaliknya malah lebih agresif.
“Atau respons yang berbeda dari biasanya, misal lebih sensitif, mudah tersinggung, mudah marah, mudah bereaksi negatif, dan serba salah.”
Baca: Kenali 15 Karakter Suami
2. Kenali Sumber Stres
Sumber stres yang biasanya terjadi dalam rumah tangga adalah masalah keuangan, cara pengasuhan anak, masalah-masalah keluarga besar, konflik-konflik dalam penyesuaian suami istri.
“Sementara sumber stres dari faktor luar yang akan memengaruhi hubungan suami istri biasanya problem pekerjaan, kesehatan, atau kematian anggota keluarga besar,” tuturnya.
Baca: 6 Cara Cerdas Agar Tak Mudah Emosi Kepada Suami
3. Sikapi dengan Positif
Stres sesungguhnya tidak selalu disikapi secara negatif. “Bahkan pada ukuran tertentu justru bisa membuat Anda belajar mengatasi dan mendapatkan solusi masalah. Bahkan stres juga bisa membuat diri masing-masing dan relasi pasangan bertumbuh secara positif.”
Saat sudah bertumbuh maka akan semakin antisipatif, semakin bijak, dan semakin kaya akan solusi untuk menjalani kehidupan pernikahan.
“Juga semakin bijak dan semakin kaya akan solusi menjalani kehidupan pernikahan.”
Seperti kata Rovers dalam bukunya, The Art of Loving. “Sebuah seni mencintai adalah upaya yang dilakukan terus menerus sepanjang perjalanan pernikahan. Yaitu dengan mencari cara-cara terbaik demi kepentingan berdua untuk mewujudkan kepuasan dan kebahagiaan bersama.”
Ada pasangan yang mampu melewati masa sulit bersama sehingga meningkatkan keterikatan, keintiman dan komitmen. “Stres dalam pernikahan juga tidak selalu menjauhkan hubungan suami istri. Apabila dihadapi secara bijaksana stres akan menguatkan kebersamaan suami istri.”
BACA: Kenapa Pria Lebih Mudah Melupakan Amarah?
4. Pahami Karakter Pasangan
Sangatlah penting mengenali tipe pasangan Anda. Ada tipe pasangan yang terbuka dan terbiasa menyampaikan dirinya sedang stres, misalnya dengan langsung berbicara sedang kecewa tentang pasangannya.
Namun, “Sebaliknya ada juga yang tertutup bahkan sungkan menyampaikan perasaannya ke pasangan. Jika ini terjadi Anda perlu belajar untuk memahami pasangan secara lebih mendalam,” kata Luki.
Mengapa ada pasangan yang terbuka dan tertutup?
“Ada yang merasa tidak perlu pasangan tahu masalahnya, misalnya masalah pekerjaan di kantor. Sehingga lebih suka memendam sendiri. Tapi ada yang merasa malu kalau dirinya memiliki masalah. Bisa jadi karena takut dianggap dirinya tidak mampu.”
Tak jarang ada juga yang suka bercerita tentang stresnya.
“Bahkan mengalihkan stres tersebut ke pasangannya. Sangat penting belajar memahami karakter pasangan, agar bisa mengantisipasi untuk mengelola stres tersebut. Bahkan dipaksa pun kalau memang belum saatnya terbuka, tidak akan menyelesaikan masalah.”
Baca: Orang yang Mudah Marah Berarti Aktivitas Seksnya Tak Memuaskan?
5. Bicarakan
Mengajak pasangan bicara menjadi kunci utama dalam menyelesaikan pasangan yang stres. “Ajaklah bicara pasangan pada waktu dan situasi yang tepat. Misalnya, saat hari libur kerja dimana suasana sedang nyaman. Sebisa mungkin hanya berdua saja tanpa gangguan, misalnya sedang mengasuh anak-anak.”
Sampaikan dengan cara yang nyaman hal-hal dari pasangan yang membuat kita stres. “Pada tahap ini juga merupakan kesempatan untuk saling memberi masukan dan dibutuhkan kemampuan untuk menerima.”
Terkadang yang terjadi, Anda atau pasangan menganggap masukan sebagai kritik dan berakhir dengan reaktif dan saling menyalahkan. “Kemampuan menerima secara aktif adalah bagaimana menjadikan masalah itu menjadi peluang untuk bertumbuh secara bersama-sama.”
Luki memberi contoh, istri atau suami stres karena sering ditelepon pasangannya. “Tanyakan alasan mengapa sering-sering menelepon apakah karena ingin tahu kabar, cemburu, atau ingin curhat masalah di kantor atau di rumah.”
Sampaikan juga akibatnya jika sering-sering ditelepon. “Mulai dari tidak enak dengan rekan kerja atau atasan, mengganggu aktivitas rutin, merasa dicemburui, dan merasa tidak dipercaya.”
Baru kemudian diskusikan dari hati ke hati berbagai alasan-alasan tersebut sampai tuntas. Kemudian ambil keputusan bersama untuk solusinya. “Apabila ternyata setelah dipraktikkan masih ada hal-hal yang kurang nyaman, lakukan lagi diskusi bersama-sama sampai akhirnya terselesaikan.”
Noverita K. Waldan/Tabloid NOVA
Penulis | : | nova.id |
Editor | : | Ade Ryani HMK |
KOMENTAR