Penglihatan yang sehat adalah harta paling berharga yang dimiliki manusia untuk menunjang aktivitas sehari-hari.
Akan tetapi, seperti organ tubuh lainnya, seiring bertambahnya usia serta beragam kegiatan yang dilakukan, mata dan kepekaannya pun makin rentan terhadap kerusakan dan penyakit.
Begitu pula saat usia lanjut, beberapa penyakit mata seperti glaukoma dan diabetic retinopathy tidak menunjukkan gejala pada tahap awal. Sehingga kita tak pernah tahu mata bermasalah hingga gangguan tersebut sudah parah. Akibatnya, penyakit mata lebih sulit diobati.
Itu sebabnya pemeriksaan mata secara rutin penting untuk deteksi dini dan perawatan terhadap penyakit yang mungkin timbul. Dengan dilakukan pemeriksaan mampu memperlambat atau mengembalikan proses perusakan mata karena penyakit.
Pemeriksaan mata tentu tidak terasa sakit. Dokter mata umumnya akan melakukan pemeriksaan dasar pada mata yang meliputi pemeriksaan bagian eksternal mata, kelopak mata dan daerah sekitarnya. Bagian mata, seperti konjungtiva, sklera, kornea, dan iris juga akan diperiksa untuk melihat apabila ada tanda-tanda penyakit.
Baca: 4 Gangguan Mata yang Sering Terjadi pada Perempuan di Usia Produktif
Sebagian besar pemeriksaan mata terdiri dari tes penglihatan (dengan atau tanpa alat bantu koreksi), pemeriksaan reaksi pupil dan otot mata umum, tes penglihatan periferal (sisi), pemeriksaan bagian depan mata menggunakan mikroskop (slit lamp) dan bagian belakang mata, dan juga tes tekanan mata.
Dari pemeriksaan tersebut akan diketahui apakah ada penyakit atau telah terjadi kelainan refraksi pada mata? Jika terjadi kelainan, maka hanya dapat diatasi dengan pemakaian kacamata untuk mempertajam penglihatan.
Baca: 6 Kelainan Mata yang Kerap Dialami Anak
Kelainan ini diawali dengan keluhan mata berair, merasa pedih dan cepat lelah ketika melihat obyek, terutama pada bagian bola mata. Selanjutnya, akan ditentukan mana kelainan refraksi yang dialami sebagai berikut:
1. Myopia (minus)
Pada kondisi ini, mata terasa kabur saat melihat jarak jauh. Tapi, lebih jelas jika melihat jarak dekat. Selain itu, penderita merasa keluhan pusing dan tidak nyaman saat melihat. Kelainan ini bisa dialami dari usia anak, dewasa maupun lanjut usia. Myopia adalah keluhan yang paling sering terjadi.
2. Hypermetropia (plus)
Penderita hypermetropia akan mengeluh penglihatan jarak dekat maupun jauh akan terasa kabur. Sering merasa pusing juga dialami mereka yang menderita hupermetropia ini.
Baca: Deteksi Dini Kelainan Mata
3. Astigmat (silindris)
Astigmat merupakan suatu kondisi dimana penderita saat melihat obyek akan terjadi bayangan ganda jika melihat dengan mata satu. Kelainan ini merupakan kedua tertinggi setelah myopia.
Lalu seberapa sering kita harus melakukan pemeriksaan mata? Berikut penjelasan yang disarikan situs Singapore National Eye Centre:
Bayi hingga usia 3 tahun
Pastikan mata anak anda diperiksa saat melakukan kunjungan rutin ke dokter anak. Beberapa kondisi mata anak-anak yang harus diperhatikan diantaranya strabismus (mata juling), mata malas (ambliopia), dan miopi (rabun jauh).
Baca: Bisakah Kelainan ‘Mata Juling’ Disembuhkan?
Anak dan Remaja usia 4-16 tahun
Penglihatan anak sebaiknya diperiksa pada usia 4 tahun. Pastikan mata anak diperiksa setiap satu atau dua tahun sekali pada saat pemeriksaan kesehatan rutin.
Dewasa muda usia 17-39 tahun
Lakukan pemeriksaan mata menyeluruh apabila Anda memiliki riwayat penyakit mata dalam keluarga atau anda mengalami cedera mata.
Baca: Waspada Gejala Stroke Mata yang Berisiko Kebutaan Permanen
Dewasa dan Manula usia 40-64 tahun
Ketika seseorang bertambah usia, kondisi mata yang berhubungan dengan usia akan mulai muncul. Sadari gejala umum mata seperti perubahan penglihatan atau nyeri, floaters dan falshes, garis bergelombang, mata kering yang gatal dan panas.
Untuk mengawasi perubahan terhadap penglihatannya, seseorang harus melakukan pemeriksaan mata dasar ketika berusia 40. Dokter Anda akan memeriksa seberapa sering Anda harus kembali untuk pemeriksaan ulang.
Mereka yang punya penyakit
Jika suadh ada faktor risiko penyakit mata akibat diabetes, tekanan darah tinggi, riwayat penyakit mata dalam keluarga seperti glaukoma, atau mengkonsumsi obat-obatan yang mempengaruhi mata, maka seseorang harus lebih sering melakukan pemeriksaan mata. Tanyakan pada dokter mata mengenai selang waktu ideal dari pemeriksaan satu ke pemeriksaan berikutnya.
Penulis | : | Ade Ryani HMK |
Editor | : | Ade Ryani HMK |
KOMENTAR