Bagi perempuan, beragam cara pasti sering kita lakukan untuk menjaga organ intim agar berfungsi baik dan terawat.
Misalnya secara teratur mencukur atau waxing bulu, tidak menggunakan sabun dengan pewangi, menghindari pakaian dalam terlalu ketat, juga melakukan pemeriksaan untuk menghindari berbagai kemungkinan terserang penyakit.
Di salon-salon kecantikan lazim kita jumpai salah satu jenis perawatan organ intim yang cukup populer, yaitu ratus vagina.
Baca: Begini Caranya Membuat Vagina Sehat dengan Ramuan Tradisional
Ratus vagina diklaim bisa menyembuhkan berbagai gangguan dan keluhan seputar masalah kewanitaan.
Mulai dari mengatasi kram karena menstruasi, mengencangkan otot vagina yang kendur setelah melahirkan, dan meningkatkan kesuburan wanita.
Sementara itu dalam dunia medis, ratus vagina masih diragukan khasiatnya.
Menurut Dr. Draion Burch, dokter kandungan di Pittsburgh, tidak ada bukti ilmiah yang membuktikan keefektivan ratus vagina.
Dr. Laura Riley, MD., ahli kandungan dari Massachusetts General Hospital, Boston juga menegaskan, tak ada hubungan secara medis antara kesuburan wanita dan stress yang bisa hilang dengan melakukan penguapan pada vagina kita.
Camilo Gonima, dokter kandungan di Texas menambahkan, uap ramuan herbal dapat membawa beberapa efek relaksasi dan memiliki beberapa khasiat kesehatan bagi kulit, namun tidak bagi vagina.
Menurutnya, tidak ada dasar kuat untuk membuktikan efek nyata dari penguapan vagina bagi kesuburan atau siklus menstruasi kita.
Baca: Perawatan Seputar Organ Intim
Ratus vagina justru bisa menyebabkan timbulnya gangguan pada vagina, lo.
Beberapa di antaranya adalah:
1. Kulit Vagina Melepuh
Uap yang dihasilkan dari ramuan ratus memiliki suhu yang panas, sehingga luka bakar tingkat dua adalah salah satu risiko yang mungkin terjadi.
Bukaan vagina tepat berada sejajar dengan kandung kemih dan anus, sehingga luka bakar parah dari penguapan yang terlalu panas dan terlalu dekat dengan kulit bisa merusak jaringan kulit.
Selain itu, panas akibat penguapan juga memicu pertumbuhan ragi dan jamur dan meningkatkan aliran darah ke vagina, sehingga vagina cepat terasa gatal.
Baca: Coba Deh! Tips Agar Vagina Selalu Kencang dan Cantik
2. Memicu Pertumbuhan Bakteri dan Jamur
Yang masih tak banyak diketahui oleh para perempuan, vagina tak perlu dibersihkan dengan cairan atau sabun khusus karena vagina memiliki sistem pembersihan mandiri.
Melakukan penguapan pada vagina justru akan mengeringkan vagina, sehingga menganggu keseimbangan pertumbuhan bakteri yang tumbuh di dalamnya.
Padahal, bakteri baik pada vagina penting untuk menjaga masuknya partikel asing tak masuk terlalu dalam ke vagina.
Uap dari ramuan tak bersifat melembabkan vagina, namun justru bisa membilas minyak alami dari kulit vagina sehingga vagina menjadi lebih kering dan rentan terhadap luka dan iritasi.
Infeksi jamur kandida dan bacterial vaginosis yang sering dikaitkan dengan risiko penularan HIV merupakan risiko yang erat dengan ratus vagina.
Baca: 3 Perubahan Vagina Setelah Melahirkan, Mana yang Anda Alami?
3. Tidak Berpengaruh pada Lancarnya Menstruasi dan Kesuburan Wanita
Pernah mendengar bahwa ratus vagina bisa menyeimbangkan hormon di tubuh kita?
Ternyata, klaim tersebut tak benar, lo.
Hormon yang diproduksi oleh kelenjar pituitary dalam otak dan indung telur tak akan terpengaruh karena diuapi.
Hormon kemudian ikut mengalir dalam aliran darah dan memiliki efek masing-masing sesuai jenisnya.
Jadi, menguapi vagina tidak mungkin berdampak pada perubahan kadar hormon.
Sementara itu, salah seorang klien di Tikkun Holistic Spa, Santa Monica, California menceritakan pengalamannya melakukan spa vagina dengan penguapan.
Menurutnya, tak ada perbedaan yang signifikan setelah melakukan spa.
Baca: Benarkah Vagina Jadi Longgar dan Besar Setelah Berhubungan Seks?
Nah, bila kita sudah pernah atau akan melakukan ratus vagina, Gonima menyarankan kita untuk berpikir ulang dan berhati-hati pada segala risikonya.
Perlu diingat juga, ratus vagina harus sepenuhnya dilakukan di luar kulit eksternal, dan kita harus berhati-hati terhadap risiko kulit melepuh.
Sumber : www.popsugar.com, www.livescience.com, www.medicaldaily.com
Penulis | : | Dionysia Mayang |
Editor | : | Ade Ryani HMK |
KOMENTAR