Kehamilan adalah dambaan bagi setiap wanita menikah yang ingin memiliki keturunan.
Namun, pada kenyataannya tak setiap wanita bisa cepat hamil.
Ada sejumlah kondisi medis yang menjadi penyebabnya.
Beberapa cara bisa menjadi solusi untuk mengikuti program kehamilan.
Misalnya, mengonsumsi sejumlah obat-obatan terkait kesuburan hingga program bayi tabung.
(Baca: Gampang! Begini Cara Meningkatkan Kesuburan Biar Cepat Hamil)
Tapi, biasanya timbul sejumlah pertanyaan dalam proses tersebut.
Misalnya, apakah aman melakukan olahraga? Jika ya, apa jenisnya?
Secara umum, memang tidak ada larangan untuk melakukan olahraga.
(Baca: Ini Olahraga yang Pasti Disuka Ibu Hamil)
Akan tetapi ada beberapa hal yang perlu dicermati atau diperhatikan, yaitu:
Ukur Kemampuan
Jika dilakukan rutin, berolahraga penting diketahui untuk mengetahui kemampuan tubuh beradaptasi terhadap efek olahraga.
Intensitas Rendah Atau Tinggi?
“Perlu juga diketahui apakah intensitas dan tipe olahraga yang biasa dilakukan masuk ke kategori tinggi. Dengan begitu akan diketahui sebaiknya mengurangi atau menambah porsi olahraga,” ujar dr. Sophia Hage, SpKO, dokter spesialis kedokteran olahraga.
Penelitian menunjukkan bahwa olahraga intensitas tinggi dapat mengganggu keseimbangan hormonal dan mengganggu proses ovulasi.
Bukti-bukti ilmiah juga menyebutkan bahwa gaya hidup yang tidak aktif dan tidak berolahraga juga dapat menurunkan kesuburan.
(Baca: Duh! Mual Muntah Hebat Saat Hamil Membahayakan Kondisi Ibu dan Janin)
Jadi, apa yang harus dilakukan?
Olahraga intensitas sedang secara teratur.
Olahraga apa pun yang Neira lakukan harus low-impact, di intensitas sedang, dan dilakukan secara teratur.
Olahraga teratur di rentang yang dianjurkan justru akan meningkatkan aliran darah, meningkatkan kelenturan dan kekuatan, mengurangi stres, mencegah depresi dan kecemasan. Serta membantu regulasi hormon sehingga produksi dan pertumbuhan sel telur menjadi lebih baik.
Semua hal ini akan mendukung untuk persiapan kehamilan dan kelahiran.
(Baca: 4 Bahaya Bila Tak Segera Ganti Legging Usai Olahraga)
Durasi dan Frekuensi
Olahraga yang sebaiknya dilakukan tidak lebih dari 3-4 kali seminggu, masing-masing 30-60 menit, intensitas sedang, hindari intensitas tinggi, dan hindari gerakan yang menekan perut.
Contohnya jalan cepat, yoga, kelas dansa, senam aerobik intensitas sedang, bersepeda santai, berenang, atau pilates.
Hindari berolahraga setiap hari atau berolahraga lebih dari 1 jam setiap sesinya, bikram yoga karena suhu yang tinggi, pilates intensitas tinggi, berlari, boot-camp atau circuit training yang ekstrim, gymnastic, ballet, dan segala olahraga ekstrim dan bela diri.
Olahraga yang intensitasnya sedang atau patokannya masih dapat berbicara saat berolahraga dan napas tidak ngos-ngosan.
(Baca: Waspada, Napas Terengah-engah Tanda Gejala Paru-paru Kronis)
Penulis | : | Ade Ryani HMK |
Editor | : | Ade Ryani HMK |
KOMENTAR