Abu Ismail, yang bekerja serabutan, saat ini diyakini berada di Tripoli, Libya.
Sementara istrinya Samia tinggal di Manchester.
Keduanya diduga kuat memiliki dua orang anak lagi yaitu Hashem dan Jomana.
"Abu Ismail bolak balik Manchester dan Tripoli. Salman kemungkinan teradikalisasi di sana, meski hal-hal demikian sudah tak ada di Tripoli," ujar seorang teman keluarga Abedi.
"Apa yang dilakukan Salman, pasti merupakan pengaruh orang lain. Sangat mengerikan, Salman sudah tak bisa berpikir lagi," tambah teman keluarga Abedi itu.
Namun, beberapa orang lain memiliki ingatan berbeda soal Salman Abedi.
Mohammed Saeed, tokoh senior masjid Didsbury, mengatakan Salman pernah mencarinya dengan penuh amarah.
"Itu dilakukannya setelah dalam ceramah saya mengkritik ISIS dan Ansar al-Sharia di Libya," kata Saeed.
Saeed memang dikenal selalu memberi ceramah yang menentang terorisme.
Dia mengklaim 2.000 umat masjid itu mendukungnya dan hanya beberapa yang menentang dia.
"Salman memperlihatkan wajah kebenciannya terhadap saya usai saya berceramah. Dia menujukkan betapa dia sangat membenci saya," kenang Saeed.
Saeed yang lahir di Libya dan pindah ke Inggris pada 1980 itu mengatakan, dia sangat khawatir disebut sebagai seorang "pengadu" tetapi dia tak punya pilihan.
"Saya harus lantang berbicara untuk melindungi komunitas kami, untuk melindungi mereka yang tak bersalah," ujar Saeed.
Ervan Hardoko/Kompas.com
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Swita Amallia Alessia |
Editor | : | Swita Amallia Alessia |
KOMENTAR