Keduanya juga cukup kompak dalam berbagi peran, sehingga roda usaha Alam Sari bisa tetap berjalan dengan baik.
Bahkan produknya terus menggurita ke berbagai daerah di Indonesia.
Bentuk Kelompok Tani
Ade pertama kali menggeluti usaha olahan nanas sekitar tahun 1997.
Saat itu, ia masih jadi lurah di kampungnya, Desa Tambakmekar, Subang, Jawa Barat.
(Baca juga: Awas, Gejala Kanker Kulit Bisa Menyerupai Jerawat, Yuk Cari Tahu Ciri-Cirinya!)
Namun, waktu itu Ade mengaku gelisah.
Pasalnya, begitu panen raya tiba, nanas-nanas kecil banyak yang membusuk dan terbuang begitu saja karena tak laku di pasaran.
“Nanas yang kami tanam kan tak semuanya besar, ada juga yang kecil. Ini yang tak masuk ke pasaran. Kemudian saya berpikir untuk memanfaatkan nanas yang terbuang itu jadi lebih bermanfaat. Saya mulai mengumpulkan ibu-ibu untuk belajar membuat olahan nanas,” cerita Ade serius.
(Baca juga: Kenalan dengan Anak Perempuan Bernama 'Aurel', Ekspresi Bingung Arsy Bikin Gemes Banget 'Nggak Salah?')
Pada tahap awal, Ade berhasil mengumpulkan sekitar 20 ibu-ibu PKK yang cukup aktif di desanya yang kemudian diajak bergabung dalam sebuah kelompok tani bernama Mekarsari.
Selama tiga bulan, kelompok itu difasilitasi pemerintah setempat untuk mendapatkan pelatihan tentang cara mengolah makanan berbahan dasar nanas, di antaranya dodol dan sirup.
Penulis | : | Dionysia Mayang Rintani |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR