NOVA.id - Baru saja sampai ruangan, sudah dimarahi bos.
Kerjaan kemarin-kemarin terlihat masih bertumpuk.
Teman di meja sebelah nanya-nanya melulu, dan kita lagi PMS pula.
Oooh “indahnya” hari ini!
Baca Juga : Dinikahi Clift Sangra, Istri Kedua Tak Tahan Mistisnya Kamar Suzanna!
Mau marah, tapi, kok, belum jadi bos.
“Aku enggak mood kerja lagi, apa aku resign aja ya, Mas?” keluh kita saat ditelepon suami.
Tapi, apa iya gara-gara mood kita lantas berani mengambil keputusan sedrastis itu?
Gara-gara mood yang merupakan suasana hati yang temporer, kita mengambil keputusan yang tetap?
Baca Juga : Tutup Pintu Kamar Sebelum Tidur Bisa Selamatkan Kita dari Bahaya! Ini Alasannya
Tunggu dulu, toh mood tak selalu negatif (bad mood).
Karena satu saat ia bisa juga menjadi positif.
Misal, karena mood sedang baik, bisa saja kita menyanyi sebagus Raisa.
Namanya juga temporer, mood seseorang dapat berubah berdasarkan faktor eksternal dan juga internal.
Baca Juga : Cantik! Hormati Putri Diana, Meghan Markle Pakai Perhiasan Lady Di
Faktor internal yakni bisa berupa keadaan yang muncul dari dalam diri sendiri, misalnya sedang sakit, kelelahan, atau menstruasi.
Sedangkan faktor eksternal yakni lingkungan sekitar di mana kita berada.
Dalam urusan kantor, kita berada dalam lingkungan yang tidak hanya berinteraksi dengan sesama rekan kerja atau atasan, tetapi juga berhubungan dengan berbagai perlengkapan kantor.
Hal-hal tersebut merupakan beberapa stimulus dari eksternal yang dapat mengubah mood.
Baca Juga : Setiap Sudut Terbingkai Ayat Suci, Intip Rumah Mewah Billy Warisan Almarhum Olga Syahputra!
Misalnya, lagi deadline tiba-tiba komputer hang waduh, sudah pasti perubahan mood akan terjadi.
Karenanya, mood tak bisa dicegah apalagi dihilangkan.
Yang ada, kita harus mengelolanya.
Saat bekerja seseorang memerlukan keterampilan dalam mengelola mood, karena ia merupakan bagian dari emosi yang mencakup perasaan subjektif (emotion as state) dan kesiapan untuk bertindak (action readiness).
Baca Juga : Kisah Prahara Anak Suzanna, Suami Ditembak Ayah Tiri hingga Tak Dapat Warisan Suzanna
“Kalau tidak terampil mengelola mood, maka bisa menjadi emosi yang intens. Tadinya cuma malas (bad mood) bisa ngambek besar, marah, dan bahkan emosi meledak, kira-kira
seperti itu. Itu semua karena adanya interaksi di tempat kerja,” jelas Dra. Tiwin Herman, M.Psi., konsultan karier dari PT Global Leadership Indonesia.
Jika hal ini terjadi, bisa saja di kantor Anda dikenal sebagai orang yang emosional, atau mungkin dicap sebagai orang yang baperan alias bawa perasaan.
Tentunya ini akan mengganggu hubungan dengan rekan kerja dan reputasi kita di tempat kerja.
Baca Juga : Clift Sangra Masih Melihat Suzanna Setelah Meninggal, Marah Sambil Nonton TV Hingga Minta Tembok Dicat
Selain itu, bahayanya, bisa jadi memengaruhi kualitas kerja dan karier kita.
“Kalau emosi bisa mengganggu konsentrasi, ya. Jadi susah fokus sehingga tugas kantor mungkin bisa selesai tetapi tidak dengan kualitas yang diharapkan. Sedangkan pekerjaan, kan, biasanya harus memuaskan atasan. Kalau atasan atau pengguna jasa kita tidak puas, bisa-bisa enggak diterima kerjaannya sama pengguna jasa dan harus diulang. Nah, kalau terus-terus terjadi mungkin bisa memicu atasan kesal, evaluasi kerjanya bisa enggak bagus, dan berimbas kepada penurunan gaji atau pangkat,” ungkap Tiwin.
Menurut Tiwin, ketidakterampilan mengelola emosi juga dapat mengganggu keadaan mental.
Baca Juga : Tak Hanya Inggris, 5 Pernikahan Kerajaan Ini Tak Kalah Menarik!
Dalam arti bisa jadi emosi terus-menerus, tertekan, burn out, bahkan berpeluang depresi.
Perlu diingat bahwa untuk membuat mood yang berbeda di luar situasi pribadi kita yang sedang lelah atau sakit, ya—kita memerlukan juga stimulus lain.
“Nah, jika mood tidak segera berubah, harus ada stimulus lain yang menggantikan. Maka harus cepat dialihkan ke arah yang positif,” ujar Tiwin
Baca Juga : Bolehkah Kamar Mandi Ada di Dalam Kamar Tidur? Ini Kata Ahlinya
Jadi, jika sedang bad mood di tempat kerja, coba alihkan perhatian kita kepada hal lain yang lebih positif.
Cari hal-hal yang menyenangkan, misalnya, makan camilan atau cokelat, rehat sebentar untuk melihat taman atau pemandangan di luar kantor, dandan, memakai kuteks, melihat foto idola, atau olahraga ringan untuk meregangkan otot.(*)
(Maria Ermilinda Hayon)
Penulis | : | Healza Kurnia |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR