Konsultasi Psikologi: Aku Jatuh Hati Sampai Insomnia dan Tersiksa, tapi Dia Cuek Saja

By Made Mardiani Kardha, Jumat, 17 Maret 2023 | 15:32 WIB
Konsultasi Psikologi: Aku jatuh hati sampai insomnia, tapi dia cuek saja. ()

NOVA.id - Tulisan Konsultasi Psikologi ini merupakan surat kiriman pembaca NOVA yang dijawab oleh psikolog Rieny Hassan. 

Aku jatuh hati sampai insomnia dan tersiksa, tapi dia cuek saja. Dan saya penasaran dengan isi hatinya. Saya harus bagaimana, ya?

TANYA

Selamat malam, Bu Rieny,

Ibu adalah salah satu psikolog idola saya. Waktu masih ada tabloid NOVA, saya langganan dan halaman yang diasuh oleh Ibu yang pertama saya cari di sana.

Perkenalkan nama saya Yenny (24), dan masih single. Saya tidak tahu harus memulai dari mana, Bu.

Saya berasal dari Jawa dan saat ini bekerja di perusahaan retail di Bali. Pada awalnya saya ditempatkan di kota D selama dua tahun, pindah ke kota T karena mendapat promosi jabatan.

Di sini saya jatuh hati pada seorang pria (sebut saja inisialnya W). Bali asli. W ini cool menurut pandangan saya. Rasanya saya mengaguminya.

Saya merasa kesetrum ketika melihatnya, tapi karena beda outlet, kami tak pernah bertegur sapa.

Tak disangka, saya dipindah lagi dan W dipindah juga ke tempat saya. Kami sama-sama leader dari beberapa sales dan kasir. Sejuta rasanya, Bu Rieny.

Saya senang sekaligus…

Baca Juga: Konsultasi Psikologi: Aku Dilecehkan Guru, Ayah Malah Memarahiku 

Saya senang sekaligus tidak karuan. Karena sering berdiskusi, saya tahu bagaimana karakternya dan rasanya nyaman berkeluh kesah dengannya tentang pekerjaan.

Sekarang W satu level di atas saya. Usianya terpaut dua tahun lebih muda dari saya.

Kemudian saya tahu ternyata kami berbeda keyakinan. Akan tetapi saya menemukan chemistry dengannya dan meyakini jika dia “Mr. Right” yang saya cari.

Ketika W melakukan pendekatan dengan S yang berbeda perusahaan dengan kami, saya merasa cemburu tapi seolah saya mendukung mereka.

Ternyata mereka tidak jadi pacaran. Dan  jujur saja, saya  merasa lega.

Saya kira perasaan saya terhadapnya sudah selesai. Tapi entah kenapa saya semakin merasa tidak karuan ketika ada dia. Tapi jika tak ada, malah saya merasa bingung, Bu.

Kami masih saling dekat untuk urusan pekerjaan. Sampai suatu hari, ia tahu bahwa saya memendam rasa dan dia makin sering japri.

Tetapi ia tak pernah membuka percakapan untuk lebih dekat ke saya. Yang bisa saya lakukan hanyalah menangis di malam hari. Tersiksa saya.

Situasi makin runyam karena teman sekamar di kos, salah seorang staf saya, ceplas-ceplos orangnya.

Kata-katanya cenderung kasar dan suatu hari dengan nada marah ia mengatakan saya ini bodoh, kenapa tidak tegas tentang hubungan dengan W.

“Aku capek lihat Mbak,”…

 Baca Juga: Konsultasi Psikologi: Suamiku Suka Trolling, Memancing Kemarahan Orang

“Aku capek lihat Mbak,” katanya. Tersinggunglah saya, tetapi tak saya jawab karena biasanya saya juga kalah bicara.

Sementara W tetap cuek dan tidak peduli. Tapi tetap saja saya penasaran apa rasa hati W terhadap saya.

Apa yang harus saya lakukan untuk menghadapi W, orang-orang di  lingkungan pekerjaan saya, dan bagaimana cara mengelola  perasaan saya, Bu?

Bagaimana agar saya bisa move on? Jujur, Bu, saya masih tidak karuan terhadap W. Saya sampai insomnia, Bu, gara-gara ini. Mohon bantuannya ya, Bu.

Salam hangat,

Lestari – Pulau Dewata

JAWAB

Ananda Lestari Yth,

Kalau Anda saja bingung, apalagi saya? Membaca surel Anda pun saya butuh berkali-kali agar bisa mempersingkat tanpa menghilangkan maknanya.

Anda, kan, bekerja di bidang distribusi entah pangan, entah toileteries, entah rokok, ya?

Begini deh simpelnya,...

Baca Juga: Konsultasi Psikologi: Istriku Gangguan Mental, Bobotku Turun 7 Kg

Begini deh simpelnya, coba bandingkan diri dan permasalahan Anda seperti mekanisme barang jualan Anda.

Anda adalah “Distributor Utama”

Coba bayangkan bahwa distributor utamanya adalah diri Anda.

W itu cuma toko retail pembeli produk Anda. Anak buah Anda yang bawel dan resek itu, kan, ibaratnya cuma dealer Anda.

Lingkungan Anda, ya para pembeli dan pemilik toko yang jadi mitra Anda.

Sebagai distributor utama, jangan tanggalkan posisi ini lalu Anda merasa Andalah subkontraktor, atau supliernya, atau malah ujung dari mata rantai bisnis Anda, yaitu konsumen.

Artinya apa? Yang paling utama perlu dikelola adalah diri dan hati Anda.

Karena, cara Anda mempersepsikan apa yang terjadi di sekeliling Anda akan sangat dipengaruhi oleh bagaimana suasana hati Anda saat itu, apa emosi yang dominan menguasai diri Anda, bagaimana cara pandang Anda terhadap diri sendiri.

Sebagai “mitra dagang” Anda, W pasti bingung juga, lho. Anda ini sebenarnya punya produk apa, sih, yang ditawarkan?

W, kan, butuh membuat keputusan, apakah ia akan menaruh produk Anda di rak depan yang strategis? Apakah barang jualan andalan Anda memang ia butuhkan?

Belajar Membuka Diri

Baca Juga: Konsultasi Psikologi: Anakku Malu dengan Ayahnya yang Tidak Keren

Belajar Membuka Diri

Nah, sebagai Lestari, mengapa Anda tidak membuka diri dan membiarkan W tahu seberapa sukanya Anda pada dia?

Kalau dua-duanya sama pemalu, tak pandai “menjajakan isi hati”, yang terjadi hanyalah tunggu-menunggu saja. Tak akan terjadi transaksi.

Tragisnya, selalu saja ada orang lain yang lebih agresif menjajakan dirinya. Ini, lho, aku. Aku bisa, kok, bikin kamu happy.

Dan saat keduanya “jadian” acapkali bukan karena cinta yang menggebu, melainkan karena sudah tak ada asa lagi untuk menjelajahi dunia cinta.

Bila lanjut ke nikah, kalau toh tetap bersatu, pasti karena keduanya lalu lebur dalam ksepakatan bahwa kalau sudah nikah, ya, harus berkomitmen.

Nah, belajarlah untuk nyaman membuka diri. Lebih intens bergaul, ngobrol tentang apa saja sambil belajar untuk berempati pada orang, memuji orang, bertanya tentang apa yang jadi ciri orang ini.

Orang yang merasa diperhatikan, tanpa dicampuri urusan pribadinya, akan nyaman bergaul dengan Anda. 

Kalau orang yang benar-benar bisa jadi teman—bukan sekadar kenalan—makin banyak, Anda akan mahir mengenali tanda-tanda yang dikirimkan orang itu ke lingkungan, termasuk ke Anda.

Karena, hanya dengan “terjun” ke pergaulanlah, Anda akan kenal macam-macam karakter mereka. Ini berlaku juga buat pemahaman Anda terhadap W.

Jangan Terpaku pada W

Baca Juga: Konsultasi Psikologi: Lagi, Aku Lihat Ayah Bermesraan Masuk Apartemen

Jangan Terpaku pada W

Kalau titik perhatian Anda hanya di W, lama-lama Anda tak mampu lagi membedakan, ia sedang mengekspresikan perasaan dirinya tentang Anda, atau Anda malah sedang melihat fatamorgana—tiada tetapi seperti ada.

Kalau ini yang terjadi, peluang untuk berdarah-darah di hati akan makin besar karena jangan-jangan Anda bertepuk sebelah tangan.

Jalani dulu deh saran saya, kurangi kecenderungan sensi, biasakan mengungkapkan isi hati, pedulilah pada orang lain, dan jujur dalam berekspresi.

Hasilnya adalah saat di mana Anda merasa bahwa berinteraksi dengan banyak orang itu menyenangkan, kok.

Kalaupun berbeda, ya, kita perlu belajar untuk nyaman dalam perbedaan.

Sambil, tetap mengingat bahwa diri sendirilah sumber dari segala hal yang terjadi pada diri kita. Orang lain kebanyakan hanya merespons apa yang kita kirimkan sebagai stimulus padanya.

Keraguan Anda akan perasaan Anda sendiri pada W, tidak kunjung memberikan Anda kepastian soal apakah W ada hati atau tidak pada Anda.

Karena, saya yakin ia juga bingung, si Mbak Cantik ini ada hati atau tidak, sih, ke saya? Dicoba, ya. Salam hangat.

(Bila Anda ingin berkonsultasi dengan psikolog Rieny Hassan, silakan kirimkan kisah Anda ke email nova@gridnetwork.id dan tuliskan “Konsultasi Psikologi” pada subjek email. Tuliskan juga nama–boleh nama samaran–dan kota domisili Anda.)