RP adalah suatu shelter yang didirikan pada awal tahun 2014, hasil diskusi Kanaya dengan anaknya. Dalam diskusi tersebut dia mengungkapkan bahwa ia ingin melakukan sesuatu demi kemanusiaan kepada mereka yang belum ia kenal dan dalam bentuk yang berbeda.
Mungkin sudah menjadi garis Tuhan, beberapa hari kemudian, ia melihat tayangan TV tentang seorang ibu pengungsi Gunung Sinabung yang tengah hamil dan wajah penuh debu menangis tidak bisa pulang, padahal dirinya akan melahirkan. Kanaya tersentak melihat tayangan tersebut. Tapi di sisi lain, batinnya bertanya apa mungkin dia berangkat ke sana sementara kondisi di pengungsian porak poranda.
Keesokan harinya ketika ke gereja, seorang pendeta dari Amerika yang tengah berkhotbah tentang orang beriman yang harus keluar dari kenyamanan karena harus melakukan sesuatu. "Jangan sekedar mengeluarkan harta, tapi sekaligus lakukan sendiri. Sekarang ada tragedi Sinabung, juga banjir Manado, bantulah, datanglah ke sana," kata sang pendeta.
Yang mengherankan, saat khotbah, pendeta tersebut menunjuk Kanaya yang duduk di belakang. "Coba ibu yang di belakang itu kan, akan berangkat ke Sinabung," kata sang pendeta yang membuat Kanaya terkejut karena ia tak pernah mengenal sang pendeta.
Karena heran, usai ceramah ia menemui sang pendeta di belakang altar untuk meminta penegasan. "Dari pertemuan itu, sang pendeta mengatakan bahwa saya memang harus segera berangkat membantu sesama di Sinabung," cerita Kanaya tentang latar belakang aksi sosialnya tersebut.
Panggilan Tuhan
Mendapat dukungan moral dari sang pendeta dan buah hatinya, empat hari kemudian Kanaya nekat berangkat sendirian membawa obat-obatan ke lokasi pengungsian di kecamatan Tiga Binanga. Lokasi Tiga Binanga cukup jauh karena sudah masuk perbatasan antara Sumut dan Aceh. Setiba di lokasi, ia sangat syok melihat tiga ribu pengungsi dengan baju compang-camping tidur di pasar yang tak beratap. "Sejak itu, saya meyakini bahwa apa yang saya pilih ini memang merupakan panggilan Tuhan," paparnya.
Kanaya kemudian menyewa rumah penduduk dan membagi-bagikan obat-obatan. Ia juga mengajak bermain anak-anak pengungsi serta menemani ibu-ibu malang di sana. "Ibu-ibu bahagia sekali ketika saya temani. Mereka bilang selama ini sama sekali tidak ada orang datang memberi bantuan obat," ujar Kanaya.
Dari percakapan dengan pengungsi, akhirnya diketahui bahwa mereka tak sekedar ingin mendapat bantuan, tetapi juga keterampilan yang bisa memberdayakan untuk kehidupan berikutnya. "Bunda, tolong beri kami keterampilan, sebab kalau di pengungsian saja kami tidak bisa berbuat apa-apa kecuali tidur dan makan," kata para pengungsi.
Pada kedatangan keduanya, Kanaya menyewa sebuah rumah di dekat lokasi pengungsian dan dijadikan shelter yang sehari-hari bisa dijadikan tempat mandi, belajar, bermain bagi anak-anak pengungsi, serta tempat berkumpulnya para ibu-ibu. "Sejak itu, teman-teman mengapreasiasi apa yang saya lakukan. Sebagian membantu aksi sosial saya ini. Saat peresmian, banyak artis yang datang," papar Kanaya.
Gandhi Wasono M.