Yang Harus Selalu Tersedia Di Lemari Obat

By nova.id, Kamis, 4 Maret 2010 | 17:17 WIB
Yang Harus Selalu Tersedia Di Lemari Obat (nova.id)

Obat bebas umumnya tak berakibat langsung pada penyebab gejala penyakit, namun bisa meredakan nyeri atau gejala yang mengganggu. Misalnya, influenza disebabkan virus. Virus tak ada obatnya. Ia akan sembuh sendiri setelah 2-3 hari. "Jadi, yang diobati keluhannya. Saat virus masuk, timbul keluhan sakit kepala, mual, nyeri otot, atau ingusan. Jika panas, ya, beri parasetamol. Jika batuk, beri OBP (obat batuk putih). Tapi, penyakit sesungguhnya masih ada," terang Waldi.

Sebenarnya, lanjut Waldi, influenza bisa sembuh sendiri asal si kecil cukup istirahat. "Masalahnya, mampukah anak menahan pegal atau pusing akibat hidung tersumbat? Selain itu, anak kecil, kan, senang bergerak. Bila ia belum merasa betul-betul sakit, biasanya ia tak akan betah istirahat lama-lama," paparnya.

TANDA KEDALUARSA

Ingat, obat adalah senyawa kimia yang sangat kuat. Jika tak dikonsumsi secara tepat, bisa jadi malapetaka. Jadi, perhatikan selalu aturan pemakaiannya, apakah sebelum atau sesudah makan? Jika aturannya harus dengan perut kosong, minumlah 1-2 jam sebelum makan.

Perhatikan pula dosis/takarannya. Kesalahan kerap terjadi pada penggunaan sendok takar. Jika aturannya 3 kali sehari 1 sendok teh, maka yang dimaksud bukan sendok teh di rumah. Melainkan sendok takar yang biasanya sudah tersedia dalam kemasan obat. Dalam kedokteran atau farmasi, sendok takar itu memang dinamakan sendok teh, tapi tak sama dengan sendok teh di rumah. Sendok teh di farmasi takarannya 5 ml, sedangkan sendok teh di rumah takarannya bervariasi dan tak ada yang 5 ml.

Perhatikan pula tanggal kadaluarsanya. Jangan sesekali mengkonsumsi obat yang tanggal kadaluarsanya sudah lewat. Tanggal ini biasanya tercantum di kemasannya. Jika tak dicantumkan, perhatikan jenis, bentuk dan warna obat. Antalgin, misalnya, yang seharusnya berwarna putih tapi sudah berubah menjadi cokelat, berarti sudah kadaluarsa. Jika berupa sirup, perhatikan baunya. Apakah sudah berubah dan larutannya terlihat keruh. Jika ya, segera buang.

ANTIBIOTIK

Resep obat tak boleh diulang, kecuali dokter mengizinkan. "Jangan hanya karena ingin irit, obat untuk si kakak lantas diberikan ke adik yang sakitnya sama," kata Waldi. Meski cuma sakit batuk, bisa berbeda. Misalnya, si kakak batuk karena asma sementara adik batuk karena radang tenggorokan. "Nah, beda, kan? Racikan obatnya juga akan berbeda," tambahnya.

Jangan pula hentikan pemakaian antibiotik meski si kecil sudah tampak membaik. Bila memang diperuntukkan 5 hari, tetap habiskan sampai 5 hari. Dokter tentu sudah memperhitungkan, kuman akan bersih dari tubuh setelah 5 hari itu. Jika pengobatan dihentikan pada hari ke-3, misalnya, maka sisa kuman masih ada di dalam tubuh. Ditakutkan, kuman itu bisa mengenal antibiotik tersebut. Kuman itu akan membuat cara/metode yang bisa menangkal antibiotik itu jika datang lagi, sehingga ia punya kekebalan terhadap antibiotik tadi.

Dengan kata lain, antibiotik yang tadinya bisa untuk menyembuhkan penyakit itu, sekarang tak bisa lagi. Akibatnya, harus disembuhkan dengan antibiotik lain yang lebih bagus lagi. Padahal, antibiotik yang lebih bagus ini harganya pasti lebih mahal.

Yang juga patut diperhatikan adalah jika dokter memberi obat berbentuk puyer. Simak baik-baik, puyer tadi berupa bubuk atau tablet bersalut gula yang dibuat puyer. Nah, puyer dari tablet itu bisa berubah warna dan bentuk jika disimpan terlalu lama. Sebab, puyer tersebut menarik air dan akan jadi basah jika disimpan lama. Ini tentu bisa membahayakan.

JANGAN BOHONG