TabloidNova.com - Sudah beberapa bulan bergulir sejak T, ibunda AK, bocah enam tahun siswa Taman Kanak-kanak Jakarta International School (JIS) mengadukan kasus kekerasan seksual yang menimpa sang putra ke Polda Metro Jaya. Dan sejak saat itu pula, T berupaya sekuat tenaga untuk memulihkan kepercayaan diri sang anak, sekaligus juga membantunya kembali ceria sebagaimana layaknya anak seusianya.
Tapi trauma memang tidak bisa dihapuskan begitu saja dalam waktu yang singkat. Hingga saat ini saja, banyak hal-hal kecil yang masih ditakuti oleh AK akibat trauma kekerasan seksual yang diterimanya. Berbulan-bulan setelah kejadian traumatis itu, AK yang tadinya enggan mengenakan celana, kini sedikit demi sedikit ia sudah bisa meski harus dibiasakan setiap hari.
Satu trauma lain yang dirasakan AK, korban kekerasan seksual JIS ini tak lagi mau diajar oleh guru lelaki. "Dia trauma sama laki-laki, kan. Jadi enggak mau kalau nanti gurunya laki-laki lain. Malah dia bilang, 'Mami di sana nanti gurunya perempuan semua? Enggak ada guru laki-laki, kan? Nanti Mami tungguin? Nanti Mami masuk kelas ya?'," ujar T menirukan ucapan sang anak ketika ditanyakan soal calon sekolah barunya kelak.
Dengan sabar, T memang mengawal bergulirnya kasus kekerasan seksual ini. Bahkan ia mencoba kuat menghalau segala fitnah, meski dua tersangka guru JIS sudah ditahan. Belakangan bahkan ia dituduh banyak pihak mengarang cerita sendiri dan sudah menginstruksikan sejumlah keterangan pada sang anak untuk disampaikan ke polisi.
"Saya berani bicara karena saya punya fakta. Tanya polisi. Di saat anak saya datang ke sekolah diminta menunjukkan tempat kejadian di mana, sama polisi saya tidak dikasih izin ikut. Itu semua direkam, coba tanya apakah ada saya? Tidak. Bayangkan anak umur 6 tahun ditinggal sama polisi, sama orang JIS dan lawyer JIS. Saya ada di bawah nangis nungguin. Bayangkan. Saya seorang ibu, nungguin seorang anak diinterogasi dua jam," ujar T saat ditemui di kawasan Tulodong, Jakarta Selatan, Selasa (15/7) lalu.
Yetta Angelina