Ros di mata Muhtadin anak yang sangat baik. Di usia 15 tahun ia harus menggantikan posisi ibunya yang meninggal mendadak. "Dia waktu itu yang mengurus rumah tangga karena adik-adiknya masih kecil." Ros pula yang membersihkan rumah, memasak, mencuci baju adik-adiknya. "Pokoknya semua pekerjaan rumah Ros yang urus. Saya, kan, kerja di luar sebagai buruh penebang bambu," kata Muhtadin yang sehari dapat upah Rp 15 ribu. "Ros juga yang mengatur keuangan."Lantaran sibuk mengurus rumah tangga, anak sulung tiga bersaudara ini termasuk "telat nikah" dibanding teman-teman seusianya. "Mungkin dia enggak tega menikah karena adik-adiknya masih kecil. Makanya teman-temannya sudha punya anak, Ros baru menikah di usia 25 tahun."
Sejak menikah Ros tinggal bersama mertuanya di kampung Waru, Warga Setia, Karawang. Hanya saja, tiap pagi Ros masih nyembangi rumah untuk membereskan pekerjaan rumah. "Kebetulan, kan, jaraknya enggak jauh. Paling hanya 500 meter."
Sayangnya setelah menikah, ekonomi Ros belum ada peningkatan. "Suaminya hanya kerja sopir. Itu saja tidak tentu. Ros sendiri hanya di rumah." Lantaran ingin mengubah nasib, Ros kepincut teman-teman kampungnya menjadi TKW. Tahun 2005 lalu, Ros rela meninggalkan anaknya Ridho yang kala itu baru berumur setahun. Ros pergi ke Arab Saudi menjadi TKW.
Beruntung di negeri minyak itu, Ros mendapat majikan yang baik. "Ia sudah dianggap sebagai keluarga sendiri." Setelah habis kontrak, Ros pulang dengan membawa segepok uang. "Ia akhirnya bisa membangun rumah. Ya, tidak mewah sih. Tapi cukup lah untuk ukuran orang kampung. Yang penting tidak ngontrak atau menumpang di mertuanya lagi."
Ros, kata Muhtadin juga membagi-bagi rezeki untuk keluarganya. "Adik-adiknya dibelikan baju dan dikasih uang untuk bayar SPP. Sementara saya dikasih Rp 400 ribu."
SEKALI KIRIM UANG
Setahun di rumah, membuat Ros tak betah. "Mungkin juga karena uang hasil kerja di Arab sudah habis untuk membangun rumah. Makanya ia pengen ajdi TKW lagi." Nah kepergian kedua itu membuat Ridhlo selalu rewel. "Anaknya tak boleh Ros jadi TKW lagi," jelas Muhtadin. Tapi keadaan yang memaksa Ros harus menjadi TKW lagi.
Kali ini Ros tak ingin balik ke majikan lama. Ia ingin mencari suasana baru di UEA. "Kalau di Arab, untuk ketemu majikan pria saja ia harus tutup muka. Makanya ia memilih UEA yang lebih modern pergaulannya. Ya sekalian, mencari pengalaman baru."
Sayang nasib Ros tak sebagus saat di Arab Saudi. Ia mendapatkan majikan yang suka "menyiksa". Dan ujung-ujungnya ia harus mendekam di penjara dengan ancaman hukum pancung. Ya, Rosita belum sempat mengisi rumah dengan perabotan hasil kerja di UEA. Ros hanya sempat sekali mengirim uang ke suaminya sebesar Rp 1,2 juta. Uang itu untuk keperluan lebaran.
Sukrisna