Ketika masa menstruasi tiba, banyak perempuan merasa nyeri yang sangat menyakitkan.
Bahkan hingga tak bisa melakukan aktivitas sehari-hari.
(Baca: 7 Trik Kurangi Nyeri Haid Ini Patut Anda Coba)
Menstruasi sendiri adalah fase yang pasti akan dialami oleh setiap perempuan.
Siklus ini merupakan pertanda bahwa interaksi antara hormon dengan daerah kewanitaan berjalan normal.
Pada faktanya, lebih dari 50 persen perempuan di dunia setidaknya mengalami satu kali ganguan atau masalah menstruasi dalam masa reproduktifnya.
Ada beberapa penyebab utamanya, salah satunya adalah gangguan fisik yang dialami oleh 80 persen perempuan.
(Baca: Khasiat Asam Jawa Untuk Obati Bisul dan Nyeri Haid)
Gangguan fisik ini ditandai dengan adanya jaringan abnormal yang menghalangi proses menstruasi.
Misalnya miom dalam rahim atau kista pada indung telur.
Kedua, adanya nyeri berlebih ketika menstruasi.
Nyeri berlebih tersebut tersebut disebut juga dengan dismenore.
(Baca: Bedanya Darah Haid Normal dengan yang Tidak? Ini Penjelasan Dokter!)
Menurut dr. Dwi Priangga Sp.OG., dismenore bisa diatasi.
Dokter yang akrab disapa dengan dr. Angga ini menjelaskan, untuk menghadapi dismenore kita harus tahu terlebih dahulu apa pemicunya.
“Dismenore sendiri ada dua jenis, yaitu dismenore primer dan dismenore sekunder,” jelasnya.
(Baca: Normalkah Jika Darah Mens Bergumpal-gumpal dan Menghitam?)
Menurut dr. Angga, tanda dismenore primer adalah rasa nyeri dan sakit yang muncul menjelang dan saat mulai menstruasi.
“Solusinya, bisa dengan konsumsi analgesik atau obat hormonal,” jelas dr Angga yang juga praktik di BAMED Women’s Clinic ini.
Selain itu, direkomendasikan juga untuk diet atau olahraga teratur, meskipun memang belum konklusif.
Minum obat analgesik atau penghilang rasa sakit atau obat hormonal lain yang paling direkomendasikan.
Namun, sebaiknya diminum satu atau dua hari sebelum estimasi menstruasi atau riwayat nyeri datang.
(Baca: Ditandai dengan 'Banjir' dan Lebih dari 8 Hari, Waspada 5 Kelainan Menstruasi Berikut)
Kemudian untuk dismenore sekunder, dokter akan merekomendasikan penanganan sesuai dengan tingkat keparahannya.
Dismenore sekunder ini ditandai dengan munculnya nyeri yang intensitasnya muncul terus menerus hingga siklus haid berhenti.
“Dismenore sekunder bisa terjadi karena ada masalah seperti kista, endometriosis, atau tumor,” jelas dr. Angga.
Penanganannya tak cukup hanya dengan obat hormonal saja.
(Baca: Endometriosis, Nyeri Haid yang Tak Wajar Lagi)
Untuk endometriosis, mungkin saja akan memerlukan tindakan yang lebih kolaboratif.
Kemudian, pemicu gangguan menstruasi ketiga adalah terjadi gangguan siklus karena tidak adanya ovulasi atau pemecahan sel telur.
Sebanyak 20 hingga 40 persen perempuan mengalami amenorea, atau kondisi di mana perempuan tak mengalami menstruasi dalam jangka panjang.
(Baca: Menderita Kelainan Langka, Perempuan Ini Berjenggot dan Tidak Haid!)