NOVA.id - Pernahkah Sahabat NOVA merasakah sesak napas atau tiba-tiba tak bisa bergerak saat ingin bangun dari tidur?
Di Indonesia, fenomena seperti itu biasa disebut sebagai ketindihan.
Banyak anggapan fenomena ketindihan tersebut disebabkan oleh gangguan dari makhluk halus.
Namun, rupanya fenomena ini ada penjelasan ilmiahnya, lo.
Baca Juga: 'Ketindihan' Saat Tidur, Apa Penyebabnya?
Ketindihan yang dalam dunia medis disebut sleep paralysis adalah salah satu jenis parasomnia atau gangguan tidur yang membuat kita mengalami kejadian yang tidak diinginkan saat baru tertidur, sudah terlelap, atau saat terbangun dari tidur.
Dilansir dari Kompas.com, sleep paralysis disebabkan oleh mekanisme otak dan tubuh menjadi tumpang tindih.
Biasanya, hal tersebut berlangsung saat kita berada di tengah siklus tidur REM (Rapid Eye Movement).
Saat kita dalam fase tidur REM, otak akan mengirim sinyal GABA dan Glycine untuk membuat otot tidak bergerak selama bermimpi.
Baca Juga: Anak Bosan Makan Menu Rumahan? Ini Cara untuk Menyiasatinya
Namun, mekanisme otak dan tubuh yang tumpang tindih membuat seseorang terbangun dari siklus tidur REM. Padahal, tubuh masih dalam kondisi setengah tidur ketika kita terbangun dari siklus tidur REM.
Itulah mengapa saat ketindihan, seseorang merasa sulit bernapas, tubuh kaku, hingga tak bisa berbicara.
Menurut laman Sleep Foundation, hal semacam ini kerpa terjadi pada mereka yang memiliki masalah kesehatan mental seperti kecemasan, depresi, gangguan stres pasca-trauma, atau gangguan panik.
Agar kita tak mengalaminya, kita bisa mecegah ketindihan dengan cara berikut ini:
1. Tidur dengan jadwal yang sama
Kita disarankan untuk bangun dan tertidur di jam yang sama setiap harinya, bahkan saat hari libur atau akhir pekan sekalipun.
Selain itu, usahakanlah agar tidur kita tak terganggu. Itu karena terbangun di malam hari bisa meningkatkan ketindihan.
Tidak hanya itu, kita juga perlu tidur selama kurang lebih 6-8 jam tiap malamnya.
Baca Juga: Catat! Ini Waktu dan Durasi yang Tepat untuk Berolahraga Saat Puasa
2. Posisi tidur
Orang yang mengalami ketindihan biasanya tidur dengan posisi terlentang. Oleh karena itu, sebaiknya hindari posisi tidur tersebut.
Meski begitu, ada juga yang mengalami ketindihan dengan posisi menyamping ataupun tengkurap.
Oleh karena itu, pilihlah posisi tidur yang paling nyaman menurut Sahabat NOVA.
Baca Juga: 6 Posisi Tidur Ini Bisa Cerminkan Kepribadian, Kamu Tipe yang Mana?
3. Suasana kamar harus nyaman
Suasana kamar yang bersih, sejuk, dan cahaya yang redup bisa membuat kita tidur dengan cepat.
Hal itu bisa menghindarkan kita dari gangguna tidur sleep paralysis.
Baca Juga: It's Okay to Not Be Okay, Drama Korea Penyembuh Luka bagi Kim Soo Hyun
4. Kurangi konsumsi stimulan
Salah satu penyebab susah tidur yang dialami bisa jadi karena konsumsi stimulan, seperti rokok, kafein, dan zat-zat stimulan lainnya.
Sebaiknya hindari zat-zat tersebut, terutama saat menjelang tidur. Selain zat-zat stimulan, alkohol dan makan dalam jumlah banyak, khususnya sebelum tidur, juga mampu membuat susah tidur malam hari.
Baca Juga: Berhenti Lakukan 5 Kebiasaan Ini Setelah Makan, Salah Satunya Mandi!
5. Relaksasi
Kita bisa melakukan kegiatan-kegiatan yang menenangkan, seperti pelemasan atau relaksasi otot, meditasi, mendengarkan lagu, membaca, dan sebagainya.
Kegiatan-kegiatan tersebut dapat membantu mengatasi rasa takut karena sleep paralysis.
Bila pernah memiliki pengalaman ketindihan sebelumnya, maka relaksasi membuat kita lebih tenang ketika mendekati waktu tidur.
Baca Juga: Sering Pergi Traveling, Luna Maya: Enggak Ada yang Menahan Gue di Sini
6. Goyangkan jari-jari
Ketika mengalami gangguan tidur sleep paralysis, jangan panik dan cobalah untuk menggerakkan jemari dan jari kaki.
Menggoyangkan jemari dan jari kaki dapat membantu untuk membangunkan kita dari tidur.
Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.
Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store.(*)
Atlet New Balance Triyaningsih Berhasil Taklukan Kompetisi TCS New York City Marathon 2024
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Presi |
Editor | : | Widyastuti |
KOMENTAR