NOVA.id – Sejak awal pandemi covid-19 merebak, publik panik dan isu keamanan serta ketersediaan pangan pun menguat.
Untuk mencegah potensi munculnya pandemi baru sekaligus memastikan semua konsumen dapat memiliki akses pangan aman, praktik bisnis berkelanjutan harus diaplikasikan dan diperhatikan dalam produksi bahan pangan pokok.
Salah satu bahan pangan pokok yang menyediakan kandungan protein hewani dan cukup terjangkau harganya bagi mayoritas konsumen Indonesia adalah telur.
Di Indonesia dikenal tiga tipe telur yang diproduksi secara ternak dan industri untuk konsumsi harian.
Tiga tipe telur tersebut adalah telur ayam ternak, telur ayam desa, dan telur bebek.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia di tahun 2019, produksi telur ayam ternak dan desa berada di angka 4.753.382,00.
Angka ini diprediksi akan terus meningkat seiring dengan laju pertumbuhan penduduk serta peningkatkan status sosial ekonomi masyarakat.
Sayangnya, produksi telur ayam ternak di Indonesia cukup berisiko.
Sebuah hasil investigasi dari LSM internasional, Equitas Global, sebuah organisasi perlindungan konsumen dan kesejahteraan hewan telah menemukan adanya praktik bisnis yang berisiko memunculkan pandemi baru lewat praktik kandang telur baterai.
Praktik bisnis tersebut menjadikan ternak ayam petelur tinggal di dalam kandang yang sangat sesak dan sempit hingga kesulitan untuk bergerak hingga menimbulkan kecacatan.
Hasil investigasi LSM internasional ini menemukan terdapat sejumlah pemasok telur di Indonesia yang memasok telur ayam bagi salah satu pemain ritel ternama di Indonesia, di bawah perusahaan global Ahold Delhaize.
Praktik kandang telur baterai bahkan menjadikan kotoran ayam menumpuk dan burung-burung liar beterbangan, sehingga sangat berisiko memunculkan penyebaran mutasi flu burung.
Bonnie Tang, campaign manager dari Equitas, menyebutkan, “Data dari United Nations Environment Programme (UNEP) memperlihatkan tiga dari empat penyakit menular baru pada manusia adalah zoonosis.”
View this post on Instagram
Zoonosis berasal dari hewan liar namun dapat menyebar dan menular ke hewan ternak dalam industri.
“Peternakan kandang baterai yang mengurung hewan, seperti halnya temuan investigasi kami pada salah satu Supermarket Indonesia tentunya meningkatkan munculnya risiko epidemi zoonosis seperti flu burung dan kontaminasi salmonella.”
Hal ini sangat ironis mengingat saat ini dunia tengah berjuang melawan pandemi yang disebabkan oleh penyimpangan dan kelalaian keamanan produksi pangan.
Baca Juga: Bisa untuk Diet, Ini 7 Manfaat Tak Terduga Lainnya dari Telur
Padahal di lintas benua Asia, perusahaan ritel dan supermarket internasional telah berkomitmen untuk hanya menjual dan memasok telur yang berasal dari peternakan ayam bebas kandang, yang tentu saja jauh lebih aman bagi konsumen dan memperlakukan hewan ternaknya secara baik.
Terdapat lebih dari 50 perusahaan besar yang bergerak di bidang pangan, yang telah berkomitmen untuk hanya menjual telur yang berasal dari peternakan ayam bebas kandang di Indonesia, termasuk Starbucks, Subway, Burger King, Nestle dan sebagainya.
“Di seluruh lokasi operasionalnya di Eropa dan Amerika Utara, Ahold Delhaize sudah menerapkan sistem pemasok ayam petelur bebas kandang, namun tidak di Indonesia. Akan lebih baik bagi para pelaku bisnis, khususnya di Indonesia, untuk terus menerapkan praktik bisnis berkelanjutan, salah satunya menghilangkan kandang telur baterai yang berisiko,” tutup Bonnie.
Baca Juga: 3 Tips Jitu Bedakan Telur Ayam Kampung Asli dan Palsu, Yuk Cermati!
Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.
Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store.(*)
Penulis | : | Dionysia Mayang Rintani |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR