"Penting juga untuk kita membagi beban kita kepada pasangan atau mungkin ke orang tua kita. Misal, tolong dong jaga anak 2-3 jam. Jadi itu nggak apa-apa. Jangan apa-apa dipikul sendiri, jadi gak apa-apa minta tolong pada orang lain."
"Makanan juga pengaruh. Asupan makanan yang sehat mempengaruhi tubuh kita agar lebih tenang dan balance."
"Kalau kita lagi emotional unstable, kita boleh untuk stay away sebentar. kitanya sebagai seorang perempuan, ibu, istri, kita harus bijak melihat semuanya," ucap Jennyfer.
Senada dengan Jennyfer, dr Shindy Putri juga membicarakan soal keseimbangan hidup agar mendapatkan kesehatan mental yang stabil.
Baca Juga: Jangan Paksa Tubuh untuk Kerja Terus Menerus, Ini Efek Burn Out Syndrome untuk Kesehatan Mental
"Kembali ke diri masing masing. Harus tenang dulu dan "nyalakan" saraf parasimpatis di tubuh kita. Jadi, di dunia kesehatan, terbagi 2 saraf, ada saraf simpatis, ini tempatnya panik, stres, memacu adrenalin. Dan saraf parasimpatis, yakni "tempat" untuk pikiran rileks dan lebih tenang."
"Jadi, kita bisa menyalakan saraf parasimpatis. Bagaimana caranya? Tarik nafas panjang, lalu hembuskan pelan pelan. Kalau masih panik, minum sambil duduk. Kalau masih juga panik, berbaring."
dr Shindy Putri juga menekankan pentingnya me time dan memberikan afirmasi positif ke diri sendiri agar mental lebih stabil.
"Kita juga butuh me time. Yang tau me time ya diri kita sendiri, sukanya apa, mau melakukan apa, dan gak apa apa kita lakukan me time."
Baca Juga: Bahaya untuk Kesehatan Mental, Ini Cara Menghadapi Quarter Life Crisis
KOMENTAR