Cara ini, saya yakin akan lebih efektif ketimbang memaksakan perilaku tertentu yang dalam pandangan Anda adalah sebuah kesantunan, tetapi di alam pikiran anak bisa saja terasa seperti pemaksaan untuk membaik-baikkan sebuah kejahatan. Hanya karena "pelaku kejahatannya" adalah kakeknya mama.
Mencermati surel Anda, tampaknya ini akan berlangsung cukup alot. Mengapa?
Karena pemahaman (yang salah) tentang pedofil ini berasal dari sumber yang selama ini diyakininya membuat ia jadi pandai, banyak tahu, bahkan melebihi apa yang setara dengan tingkat pendidikannya, yaitu internet. Keren, kan?
Perbaiki Pola Interaksi dengan Anak
Yang telaten, ya, saat bercerita. Kalau punya acuan tertulisnya, ajak anak untuk membaca dan menelaah bersama.
Kalau masalah ini terselesaikan, dengan sebuah keyakinan di diri Anda bahwa putri Anda paham sehingga tak akan bertingkah “mengerikan” pada oma buyutnya, perbaikilah pola interaksi dengan anak.
Katakan serta yakinkan bahwa mengembalikan minat dan rasa ingin tahu yang sesuai dengan taraf pendidikan serta usianya, pasti akan membuat hidupnya lebih ceria. Karena ia akan makin mudah bergaul dengan teman-teman seusia karena minat dan kesenangan yang serupa.
Topik yang “terlalu berat” tidak harus dihindari, tetapi minta agar ia mau mendiskusikannya dengan mamanya.
Ketika kelak ini bisa terjadi, berarti Anda sudah berhasil mengatasi gap dengan anak Anda, untuk segala hal yang dia tak yakin, tak tahu, atau belum pernah belajar tentang itu. Tetapi di sisi lain Anda justru mendorongnya untuk tahu.
Utamakan Jadi Pendengar
Usahakan untuk berbagi, berdiskusi, dengan utamanya jadi pendengar...
Baca Juga: Menurut Psikolog, Ini Cara Mengatasi Trauma KDRT kepada Anak
Usahakan untuk berbagi, berdiskusi, dengan utamanya jadi pendengar, ya, Bu. Biarkan dia yang aktif bicara dan menggali dari Anda. Agar pelan tapi pasti ia mengakui bahwa Anda adalah sumber informasi yang selalu bisa diandalkan.
Membangun minat yang sama, lalu melakukan aktivitas nyata terkait minat ini, akan mengalihkan perhatian penuhnya dari internet.
Internet tidak harus ditinggalkan, tentunya. Akan tetapi upayakan agar anak punya banyak pengalaman berinteraksi dengan banyak orang di dunia nyata, melalui aktivitas yang ia lakukan.
Tujuannya adalah agar ia tak makin terbenam dalam dunia maya, yang sebenarnya berpotensi mengaburkan antara mimpi dan kenyataan, antara tuntutan bersosialisasi dengan kenyamanan bergaul di dunia maya.
Mudah-mudahan, pertemuan keluarga kali ini akan memberi pengalaman menyenangkan, bertemu keluarga besar tanpa dibayangi kekhawatiran lagi. Salam hangat. (*)
(Bila Anda ingin berkonsultasi dengan psikolog Rieny Hassan, silakan kirimkan kisah Anda ke email nova@gridnetwork.id dan tuliskan "Konsultasi Psikologi" pada subjek email.)
Penulis | : | Made Mardiani Kardha |
Editor | : | Made Mardiani Kardha |
KOMENTAR