NOVA.ID - Tulisan ini merupakan surat kiriman Sahabat NOVA yang dijawab oleh DRA. Rieny Hassan seorang Psikolog. dan pernah dimuat di Tabloid NOVA.
Tanya dari seorang perempuan berinisial D – somewhere
Hallo dokter Rieny.. Perkenalkan saya D, seorang istri yang pernikahannya baru memasuki 2 tahun.
Setelah menikah saya merasa ada yang berbeda dengan kehidupan intim suami istri kita.
Kok setelah menikah suami saya jadi jarang melakukan hubungan intim dengan saya ya, Bu ?
Padahal dulu kami punya intensitas hubungan seks yang lumayan tinggi.
Maaf Bu, sebelum menikah kita sudah melakukannya dan setiap minggu kami pasti melakukannya.
Setelah menikah, berbeda benar kenyataan yang terjadi.
Inisiatif selalu harus datang dari saya.
Apabila saya tidak memulai duluan dia juga tidak meminta, dan ini menimbulkan tanda tanya dalam diri saya.
Sampai saat ini saya belum menemukan apa yang salah dalam diri saya.
Baca Juga: Kalau Gaji Pas-pasan, Bagaimana Caranya Saya Bisa Beli Rumah?
Rasanya, sih, tidak ada yang berubah dari segi fisik dan mental saya.
Selama ini saya masih selalu mencoba berpikiran positif, mungkin dia lelah sehingga butuh istirahat.
Tetapi makin lama saya kok jadi makin kepikiran, apa yang bekerja dalam diri suami?
Sementara di sisi lain, makin lama saya perhatikan, suami saya kok makin asyik dengan kebiasaan barunya.
Sekarang ia mempunyai koleksi video seks di HP-nya, kemudian ia juga menyimpan foto-foto syur dan seksi dari artis-artis terkenal.
Sedihnya, foto saya malah tidak ada.
Setiap malam dia selalu menonton video seks itu sendirian, bila dikiranya saya sudah tidur.
Apa sebenarnya yang salah dalam perkawinan saya ini?
Mohon solusinya Bu, terima kasih.
Jawaban Rieny Hassan
D sayang, Saya bukan dokter, ibu D. Saya adalah seorang psikolog.
Baca Juga: Konsultasi Psikologi: Aku Pusing Mengasuh Adik yang Ingin Jadi Bintang
Kami tidak bisa meresepkan obat, yang kami pelajari adalah segala aspek terkait perilaku manusia.
Tetapi pertanyaan tentang masalah Anda, memang tepat bila diarahkan ke psikolog.
Tampaknya suami A nda sedang menuju ke kondisi kecanduan pornografi.
Dalam hal ini medianya adalah gawai yang selalu ada bersamanya.
Kita katakan kecanduan ketika seseorang merasakan ia punya kebutuhan yang ia coba penuhi dengan melakukan sesuatu yang dirasanya bisa memenuhi kebutuhan tadi.
Akan tetapi, berbeda dengan kebutuhan makan yang timbul ketika terasa lapar dan akan terpenuhi (kenyang) saat kita makan, kecanduan justru menimbulkan kondisi di mana proses pemuasan kebutuhan malah meningkatkan lagi kebutuhannya untuk memperoleh dan memperoleh lagi hal tadi.
Tak bisa dipuaskan.
Sementara, dalam benaknya, ia mulai gagal untuk bisa membagi fokus perhatiannya pada apa yang seharusnya ia urus, ia perhatikan, maupun harus ia kerjakan.
Makin dicoba dipenuhi, makin terasa butuh waktu dan upaya lebih banyak, hingga bila tak diatasi, ia akan makin tenggelam dalam kecanduannya itu.
Kepuasan yang sebenarnya semu, karena bukan sebuah pengalaman nyata melainkan hanya ia lihat di dunia maya saja, itu pula yang memudarkan minat suami untuk mendekat ke Anda.
Bila hal-hal yang saya sarankan berikut ini tidak membuat suami bergeser dari kebiasaannya sekarang, sangat saya sarankan agar Anda mengajaknya ke psikolog klinis untuk mengatasi masalah ini.
Baca Juga: Konsultasi Psikologi: Kupikir Sibuk, Ternyata Pacarku Menikahi Perempuan yang Dihamilinya
Saran pertama, mintalah waktu untuk bicara secara serius, tentang kondisi perasaan Anda saat ini.
Katakan bahwa Anda lebih sering merasa sendirian, dan kalaupun berhasil membuatnya berinteraksi dengan Anda, itu baru terjadi setelah melampaui usaha yang luar biasa.
Tidak perlu bertanya pada suami, apa salah Anda.
Karena Anda hanya akan mendengar jawaban yang mengada-ada dan bahkan lebih buruk lagi akan membuat Anda berpikir bahwa ini adalah salah Anda.
Padahal, tujuan Anda mengajak bicara adalah membuat ia sadar dan berpikir bahwa istrinya “menderita” lho, tidak diperhatikan dan tidak disentuh.
Berikutnya, katakan bahwa Anda lebih merasa mudah berkomunikasi secara lisan maupun seksual dengannya, sebelum resmi menjadi suami-istri.
Padahal, sebagai istri Anda berharap intensitas hubungan justru makin tinggi.
Buatlah ia merasa bahwa Anda membutuhkan perhatian dan kedekatan secara fisik dengan suami.
Jangan mundur dan diam, saat Anda dikatakannya bawel.
Coba tidur saat siang hari, agar bisa bangun lebih lama di malam hari.
Buat ia merasa tidak nyaman untuk memuaskan keinginannya melihat pornografi itu. Alihkan perhatiannya, sebisa yang mampu Anda lakukan.
Baca Juga: Konsultasi Psikologi: Aku Menagih Utang ke Suami Seperti Pengemis
Mengajak bicara tentang topik yang ringan saja, memulai inisiatif untuk berhubungan intim, banyak memberi dia apresiasi agar ia merasa lebih diperhatikan oleh Anda.
Kalau ia naik ke tempat tidur setelah mandi di malam hari, katakana saja dengan riang..
”Wah, wangi baunya lho, sudah segar, Bang?”
Tawarkan untuk memijat bahunya, hal-hal serupa ini mudah-mudahan bisa menyentuh hati dan relung cinta yang ada dalam dirinya.
Ketika Anda hadir di hadapannya, terlihat, lalu terdengar karena mengajak bicara, terasa di kulitnya—karena Anda menyentuhnya—insyaallah lebih banyak indranya yang terstimulasi.
Dan kali ini, konkret, bukan di dunia maya saja.
Saat Anda berhasil menarik lagi suami dari dunia pornonya, tambahkan terus upaya sambil meyakinkan diri bahwa Anda mampu kok membuat suami menoleh kembali ke Anda.
Bahwa daya tarik Anda tidak berkurang.
Belakangan ini cuma teralihkan saja.
Akan lebih baik lagi kalau Anda mau mencoba menghilangkan komentar kata-kata maupun ekspresi wajah dan bahasa tubuh negatif terhadap suami, di saat Anda sedang membantunya keluar dari masalah ini.
Benar, Anda harus yakinkan diri bahwa yang sedang Anda lakukan adalah membantu suami, sehingga jangan cepat- cepat jengkel, marah, dan tersinggung kalau belum memperoleh respon yang Anda harapkan, ya.
Buat dia merasa nyaman bersama Anda.
Ketika Anda beredar terus di dekatnya, kesempatan untuk mengintip gawai akan berkurang, bukan?
Mudah-mudahan Anda teguh dalam niat untuk meraih kembali kebahagiaan rumah tangga Anda.
Dua tahun masih sangat singkat untuk membuat Anda putus asa, apalagi putus cinta.
Kalau sudah mengupayakan semua ini dan tak ada perubahan sedikit pun, bukan ajak, tetapi paksa dia ke psikolog, ya.
Karena kalau terlalu berlarut-larut, akan buruk akhirnya.
Salam hangat. (*)
Atlet New Balance Triyaningsih Berhasil Taklukan Kompetisi TCS New York City Marathon 2024
Penulis | : | Rieny Hassan |
Editor | : | Maria Ermilinda Hayon |
KOMENTAR