Beri dia pengalaman menyenangkan saat berada bersama Anda dan anak-anak. Ini patut dicoba sesegera mungkin. Jangan mengeluh tentang anak- anak yang super aktif.
Ubah gaya Anda dengan menyajikan hal menyenangkan yang bisa diceritakan dan dilihat olehnya. Ketika ini masuk dalam pemahamannya, pasti suami akan pelan-pelan mau lebih lama main dengan anaknya. Misalnya, membacakan cerita saat mau tidur.
Tentang anak-anak, pernahkah Anda berpikir bahwa mereka punya kebutuhan khusus untuk bisa dikelola hiperaktifnya melalui bantuan profesional?
Coba bawa ke psikolog anak. Biasanya Anda diminta untuk berkonsultasi juga ke psikiater anak, untuk menentukan termasuk golongan apa hiperaktivitasnya.
Tak tertutup kemungkinan, mereka bukan hiperaktif, hanya Anda saja yang belum paham cara menanganinya.
Jangan khawatir atau kecil hati, saya bukan menakut-nakuti, tetapi makin kita tahu, makin efektif cara kita mengasuh si kembar. Dengan selalu membawa anak-anak ke mana pun mudah-mudahan suami tahu tingkat kerepotan istrinya.
Mulailah masukkan ide bahwa Anda butuh pengasuh di rumah. Katakan bahwa rumah tangga Anda berdua, berbeda dengan kakak dan adiknya, yang anak-anaknya bisa disambi ini dan itu saat mengerjakan urusan rumah tangga.
Ingat, jangan cemberut, tetap manis namun tegas mengemukakan kebutuhan agar suami berpikir, “Wah, ternyata istri kerepotan.”
Kalau suami keberatan ada orang lain di rumah, mulai dengan cari pengasuh yang bekerja setengah hari. Bagaimana dengan Nendra sendiri? Tak akan ada perubahan pada suami, kalau istri juga tak mau berubah.
Coba lebih efisien mengelola waktu sambil mengurangi keinginan menjadi “ratu rumah tangga” yang andal. Memasak untuk anak baik untuk kebersihan dan kesehatan serta mengurangi asupan yang memicu hiperaktivitasnya.
Cari informasinya di internet atau beli bukunya. Untuk Anda dan suami, coba katering rumahan agar mengurangi kerepotan. Masak untuk suami memang cara membuat dia cinta pada kita. Tapi kalau kerja sendiri, ya, kita pasti kerepotan.
Baca Juga: Konsultasi Psikologi: Aku Menagih Utang ke Suami Seperti Pengemis
Saya berani usulkan ini, karena uang bukan masalah. Lalu bagaimana kalau dikritik keluarga suami?
Diam saja, tebalkan telinga, jangan marah atau menjawab, mengelak dan menangkis apa yang dikatakan. Lelah, sayangku. Lebih baik senyum, tetap santun, tapi di sisi lain perlihatkan bahwa rumah adalah teritorial Anda dan suami.
Anda tidak mengganggu mereka dengan menghadirkan pengasuh di rumah. Ketika Anda terbiasa menyajikan kemudahan dan keceriaan anak- anak ke hadapan suami beserta keluarga besarnya, insyaallah akan ada di antara mereka yang bisa melihat ini dengan positif dan mau menerima bahwa Anda memang butuh dan kini lebih nyaman menjalani hidup.
Jangan hentikan gaul dengan komunitas, serta pembuatan pernak-pernik yang menjadi saluran bakat Anda.
Teman yang baik akan memberi kita energi positif dan hasil karya kita adalah bukti eksistensi kita. Sedih, kan, kalau dianggap tidak eksis lagi. Ayo, keluar dari lumpur isap di imajinasi Anda.
Berdiri tegak di lahan kering, lalu melangkah maju dengan lebih bijak menjalani hari, bertumpu pada keterampilan menyusun prioritas hidup.
Suami adalah sahabat terdekat Anda, belahan jiwa, dan ayahnya anak-anak. Maka, dia harus dibuat nyaman berada dekat Anda, oke? Salam hangat. (*)
Penulis | : | Rieny Hassan |
Editor | : | Maria Ermilinda Hayon |
KOMENTAR