NOVA.ID - Tulisan ini merupakan surat kiriman Sahabat NOVA yang dijawab oleh psikolog, DRA. RIENY Hassan dan pernah dimuat di Tabloid NOVA.
Tanya:
Bu Rieny yang terhormat, Saya harap-harap cemas Bu Rieny tak menjawab email saya ini, karena dianggap bukan masalah besar.
Padahal buat saya, ini benar benar membikin hidup serasa di jet coaster, sebentar saya bisa serasa melambung ke awan, lalu beberapa kejap, bukan sekejap maksudnya, saya sudah menukik lagi ke bawah.
Ke dasar dari rasa putus asa saya yang tak tahu harus berbuat apa.
Lelah rasanya menjalani hidup seakan tanpa kendali diri yang sehat.
Kalau sudah begini, saya jadi teringat reaksi almarhumah Ibu ketika saya mengutarakan niat untuk menikah dengan mantan pacar SMA saya.
“Nduk, ternyata pendidikan tinggi yang kau raih bukan hanya membuat kita berpisah lama karena sekolahmu yang di luar negeri itu. Tetapi juga membuat Mama tidak punya cukup waktu untuk mengajakmu berpikir dan melihat masalah perempuan dalam berumah tangga. Bahkan contoh yang Ayah dan Mama lakukan dalam perkawinan kami pun, banyak sekali yang tak kamu alami bersama kami.”
Saya meraih S-2 di Australia, benar-benar ngebut karena saya tak ingin berlama-lama di sana.
Saya anak tunggal dan waktu saya berangkat Mama baru pulih dari serangan jantung pertamanya.
Serangan kedua terjadi, saya ada di sana, dan tak bisa kembali ke tanah air, hanya meratap-ratap saja di sana.
Baca Juga: Mau Renovasi dan Beli Perlengkapan Rumah, Pakai Kartu Kredit atau Tunai?
Penulis | : | Rieny Hassan |
Editor | : | Maria Ermilinda Hayon |
KOMENTAR