"Para anggota Yayasan Pulih membantu pemulihan dari segi psikologis. (Foto: Nove/NOVA) "
Sama halnya dengan Vivi, Jully memiliki pengalaman buruk ketika putranya menjadi korban bom. Tidak ada yang menanganinya dengan baik saat dibawa ke rumah sakit. "Lengan yang sobek dijahit asal saja. Banyak yang sudah berlumuran darah tak ditolong. Banyak yang ingin pulang karena takut melihat rumah sakit yang bagus, takut enggak kuat bayar." Ia berharap lewat Yayasan 58 pengalaman pahit itu tak terulang. Korban bom pun bisa tenang dengan jaminan biaya berobat.
Dukungan Keluarga Setelah pertolongan pertama dan pengobatan, korban bom yang terguncang secara psikis mendapatkan pemulihan. Yayasan Pulih memberikan pendampingan psikologis bagi para korban bom Marriott. "Kadang pemberitaan media membuat trauma sekunder bagi korban dan pembaca. Media terlalu vulgar memberitakan dengan memperlihatkan gambar yang berdarah. Mereka bukan korban, tapi penyintas (survivor) yang terkena luka batin, terpukul kehilangan teman, kehilangan tempat kerja. Semua itu membuat mereka cemas," tutur Irma S. Martam, Koordinator Yayasan Pulih.
Berbagai pendekatan dilakukan. Kalau masalahnya berat dibutuhkan konseling individual. Bisa juga dengan support group (konseling dan terapi kelompok). "Sejauh ini, sudah dilakukan terapi pada dua kelompok terdiri dari sepuluh orang. Mereka adalah pegawai Marriott yang selamat. Mereka masih mengalami ketakutan, sedih, dan sulit diajak bicara."
nova.id
Bangkit Berkaca Pada Sesama Korban Bom 2
"Kegiatan Yayasan Pulih memberikan konseling pada korban bom Kuningan. (Foto: Dok.Yayasan Pulih/Repro: Nove/NOVA) "
Memang, dukungan terpenting adalah penguatan dan sharing dengan orang terdekat dan keluarga. Selain bicara, dilakukan terapi dengan memegang titik tertentu yang berkaitan dengan emosi dan peristiwa secara lembut. Lalu, memberikan kalimat untuk membantu mereka agar tenang. Ada tujuh langkah yang dilakukan, seperti melakukan perenungan, mengamati pikiran, perasaan, sekitar setengah jam saja. Setelah itu sharing lagi mungkin ada yang ingin diungkapkan. "Sejauh ini berhasil. Kadang mereka sampai menangis. Itu lebih baik, berarti mereka bisa menumpahkan perasaan dan lebih merasa lega," urainya.
nova.id
Bangkit Berkaca Pada Sesama Korban Bom 2
""Di Jakarta, saya sering ketakutan. Makanya saya ingin balik ke Amerika," ujar Sinta. (Foto: Nove/NOVA) "
Pilih Kerja Di AmerikaNursinta adalah salah satu korban bom Marriott 1 yang sampai saat ini masih terus berobat mata karena dampak bom. Sebetulnya ketika bom kedua kemarin, Sinta tidak bisa membantu karena ada urusan keluarga di Medan. Namun, karena terus memikirkan korban bom, Sinta sakit dan memutuskan pulang ke Jakarta lebih cepat. "Begitu pulang saya langsung membantu teman-teman yang jadi korban, jangan sampai dipersulit."Saat kejadian bom dulu, Sinta bekerja sebagai waitress dan harus menerima tamu asing di ruang VVIP di hotel. Ketika tamu tidak jadi datang, tak disangka bom meledak, "Saya sempat melihat bola api, lalu badan saya mental." Akibatnya, Sinta dua hari koma, mengalami luka dalam, gigi tinggal 5, di dalam kepala terdapat darah beku, serta di leher ada puing kaca. Mata Sinta pun dua kali dioperasi karena retina robek.
Yayasan Pulih diakui Sinta banyak membantu. "Sejak kejadian saya jadi malas makan dan takut nonton televisi. Psikolog menyuruh saya menggambar sapi, ayam, telor agar mau makan daging. Sampai muntah-muntah, lho. Kejadian bom kemarin membuat saya mual lagi, pusing dan menangis," papar Sinta yang bekerja di Amerika. " Selesai berobat mata, saya sih ingin balik lagi ke Amerika. Di sini saya sering merasa ketakutan."
Noverita K. Waldan
PROMOTED CONTENT
REKOMENDASI HARI INI
Ini Rekomendasi Outfit Minimalis Tapi Stylish ala Nicholas Saputra dari UNIQLO
KOMENTAR