Bambang sendiri tampak asyik menyantap sepiring nasi. Lajang lulusan STM jurusan Listrik ini adalah salah satu petugas keamanan Hotel JW Marriott yang dua kali lolos dari maut. Tahun 2003, ketika hotel itu diserang bom, Bambang terluka parah dan harus diopname di rumah sakit selama tiga bulan. Tak cuma itu, ia harus bolak-balik ke rumah sakit untuk melakukan rawat jalan guna menyembuhkan luka bakar dan pemulihan traumanya.
Pada NOVA, beberapa tahun lalu, Bambang menuturkan, ia tengah bertugas di pintu depan hotel ketika sebuah mobil kijang biru mendekat ke arahnya. Sebagai petugas keamanan, Bambang menanyakan keperluan tamunya. Tetapi bukan jawaban yang diberikan, si sopir justru meledakkan bom. Gelegarnya memekakkan telinga, ledakanya meruntuhkan dan membakar sebagian bangunan hotel. Kedua tangan, kaki, dan tubuh Bambang terbakar hebat. Hingga kini bekas luka itu masih meninggalkan bekas mengerikan. Rasa trauma dan kepedihan timbul setiap kali Bambang memandangi bekas luka bakar itu. "Kalau kena sinar matahari terasa gatal. Makanya, setiap kerja saya pakai baju lengan panjang."
Begitu terdengar suara dentuman dan kaca-kaca gedung pecah, "Kami bertiga lari ke arah belakang hotel. Di sana sudah banyak orang. Saya syok banget lalu dilarikan ke rumah sakit. Napas saya sesak karena menghirup asap bom. Rasanya lebih syok daripada tahun 2003. Kok, bisa dua kali kejadian, ya?" tanyanya dalam nada masygul.
Usai dirawat di rumah sakit selama empat hari, Bambang tak bisa tidur nyenyak. "Sebentar-sebentar bangun. Entah kenapa," ujar Bambang tanpa ekspresi.
Masih mau kembali kerja di Marriott? "Masihlah. Itu pekerjaan saya. Mau ke mana lagi? Tapi entah kapan saya akan kembali kerja. Pihak perusahaan tidak memaksa kapan harus masuk. Terserah saya saja. Saya hanya perlu waktu untuk menenangkan diri, setelah tenang akan bekerja lagi. Saya bersyukur, dengan kondisi fisik seperti ini, perusahaan masih mau mempekerjakan saya," tegas pria yang pernah jadi instalator listrik di tiga rumah sakit itu.
Rini Sulistyati
KOMENTAR