Di sisi lain, seorang pelatih guru atau instruktur, Itje Chodidjah, menyatakan pelatihan guru seharusnya dilakukan secara sistematis, terstruktur, berkelanjutan, dan harus disesuaikan dengan kebutuhan guru itu sendiri.
Selanjutnya, soal buku pelajaran juga menjadi persoalan teknis lain terkait kurikulum pengajaran di Indonesia. Pasalnya, masih banyak sekolah yang menerima buku pelajaran siswa tak sesuai jadwal. "Di Jambi, buku SMK baru diterima pada 1 Desember, sedangkan ujian akhir semester (UAS) selesai 4 Desember. Padahal buku K13 disusun per semester," ungkap Ketua SGI kota Jambi, Aswin.
Kepala Sekolah SDN Palmerah 03 Jakarta Barat, Sarita Siregar, juga ikut merasa lega mengetahui K 13 yang selama ini menjadi beban para guru di sekolahnya telah resmi dihentikan. "Alhamdulillah, akhirnya kurikulum ini dihentikan, guru-guru menyambut bahagia," kata Sarita, seperti dilaporkan Wartakotalive.com, Sabtu (6/12).
Ia mengatakan, selama satu semester sekolahnya sudah menggunakan K 13, namun para guru belum terbiasa dengan metode pengajarannya. Yang mana satu buku digunakan untuk berbagai mata pelajaran sekaligus. Siswa pun tak semuanya bisa paham.
"Ya, tak semua siswa paham. Kemampuan anak, kan, berbeda-beda, ada yang ketika masuk pelajaran lain mereka tahu, ada juga yang tidak paham," tambah Sarita. Ia pun secara pribadi mengaku senang K 13 dihentikan. "Kasihan melihat guru-guru sibuk setiap hari. Dan yang pasti, anak-anak lah yang jadi korban, belum lagi buku untuk semester satu ada yang belum datang," keluhnya.
Intan Y. Septiani/Sumber: Kompas.com/Wartakotalive
FOTO-FOTO: KOMPAS.COM
Atlet New Balance Triyaningsih Berhasil Taklukan Kompetisi TCS New York City Marathon 2024
KOMENTAR