TabloidNova.com - Tindak kekerasan fisik dan psikis yang dialami AK di sekolahnya, TK Jakarta International School, membuat sulung dari dua bersaudara ini menderita. Hal ini diungkapkan ibunda AK, TP, usai menemui penyidik di Unit Pelayanan Perempuan dan Anak Polda Metro Jaya, Senin (28/4) siang.
Didampingi seorang kerabat dan kuasa hukumnya, Andi M. Asrun, TP berterimakasih atas upaya pihak penyidik yang tidak berhenti menyelidiki kasus kekerasan seksual ini. Sementara terus memantau perkembangan kasusnya, TP juga mengatakan bahwa dirinya terus berupaya untuk menyembuhkan luka fisik dan psikis AK.
Untuk itu TP belum memaksa AK untuk kembali bersekolah. "Pakai celana saja enggak mau, apalagi sekolah. Anak saya digilir tiga sampai empat orang, binatang saja enggak begitu!" geramnya.
Kekerasan yang dialami sang anak jelas membuat dirinya stres. "Melihat dia menangis saya juga ikut menangis. Dari nangis enggak nangis, dari marah sampai enggak marah, saya terus mendampingi anak saya," ujarnya.
TP jelas sangat terpukul mengetahui anaknya menjadi korban kebuasan perilaku seks menyimpang para tersangka. "Anak saya digilir. Satu pegangin, satu perkosa. Satu lagi pegangin, satu perkosa. Ini manusia atau bukan? Ini perbuatan yang sangat biadab!"
Tak hanya TP, seluruh keluarga besarnya juga sangat terpukul akibat musibah ini. Bahkan sang suami menginginkan dirinya serta kedua anaknya untuk tinggal di kampung halaman sang suami di Belanda. Sebenarnya ia memang berniat untuk pindah ke luar negeri, tapi belum tahu ke negara mana.
Yang jelas, TP berencana untuk segera meninggalkan Indonesia usai masalah yang menimpanya selesai. Sebelum itu terjadi, TP kembali mengingatkan bahwa tindakan kejam ini harusnya tidak lagi dialami oleh orang lain. Jika pun masih terjadi, TP menghimbau agar korban dan keluarganya untuk berani mengungkapkan kejadian tersebut.
"Saya enggak mau ini terjadi pada orang lain. Bahwa masih ada seorang ibu yang mau teriak untuk meminta keadilan demi anaknya," tukasnya.
Edwin Yusman
KOMENTAR