Nyatanya banyak warga yang pagi hingga sore kembali ke rumah dan pulang ke pengungsian di sore hari. Rata-rata dari mereka beralasan hendak memberi makan ternak sapi, kambing, ikan, dan ayam piaraan di rumah. Ada pula yang berdalih mencicil bersih-bersih rumah dari debu abu vulkanik, seperti yang dilakukan Ny.Indrati Nugroho, warga Desa Bunder, Purwobinangun, Pakem,Sleman, 15 km dari puncak Merapi. Indrati beralasan pulang untuk membersihkan rumah sekaligus warung kelontong yang berbalut debu.
"Kami belum berani tidur di rumah pada malam hari. Yang kita hadapi ini alam, kalau Merapi meletus lagi, enggak ada temannya," timpal Mujiono, tetangga Indri yang siang itu baru saja menurunkan sebongkok rumput untuk makan empat sapinya.
Naik lagi di ketinggian 14 km Di Desa Cemoroharjo, Kelurahan Candibinangun, ada pasangan suami-istri Idayat Suryanto dan Nur Tri Handayani yang malah berani mencuci dan menjemur pakaian serta kasur, bantal, dan guling sejak jam 09.00 pagi. Kendati mengaku masih trauma lantaran pernah melihat kilatan letusan Merapi pada Kamis (4/11) dari depan rumahnya, Nur ngotot pulang dari pengungsian di rumah saudaranya untuk bersih-bersih rumah.
"Sekalian memberi makan ternak ayam Bangkok kami. Habis kalau enggak dikasih makan kasihan, lagi pula ada yang hilang dicuri orang selama kami tinggal mengungsi," jelas Nur yang Kamis (17/11) lalu beruntung. Begitu pintu rumahnya dibuka, kata Nur, "Ada petugas kamling datang memberi pembagian daging korban. Jadi sebelum pulang ke pengungsian kami bikin sate dulu."
Soal menengok rumah juga dilakukan Ny.Suwarni dan suaminya, Sukarno. Alasannya, budidaya ikan Nila, Bawal dan Tombro-nya yang sebanyak 2 kuintal, siap panen. Suwarni berharap erupsi Merapi segera berhenti sehingga ia bisa kembali membisniskan budidaya ikan air tawarnya yang selamat dari kontaminasi air bercampur belerang.
Rini
KOMENTAR