Akhirnya kami juga harus turun, selain kabut tebal yang terasa dingin di kulit, kebetulan baterai kamera saya sudah mulai drop. Maklum sejak berangkat dari Jakarta Senin sore, hingga sampai Yogya Selasa pagi, langusng liputan ke Merapi. Kami pun masuk ke dalam mobil untuk turun ke arah Pakem.
Ketika melewati warung yang berada di sebelah kanan rumah Mbah Marijan, nampak Winda (wartawan Kompas biro Yogya) tengah duduk memesan kopi hitam.
" Gak turun? Yuk bareng sekalian?" ajak saya dari dalam mobil ke arah Winda.
" Gak Mas, nanti aku ada yang jemput kok," jawabnya.
Sekitar pukul 15.46, Mobil yang kami tumpangi pun berlalu meninggalkan lokasi. Perlahan, jalan kecil ke arah rumah Mbah Maridjan kami tinggalkan. Sepanjang jalan, hutan yang menghijau yang pelan-pelan mulai tertutup kabut tebal mengiringi perjalanan menuju Pakem, Sleman.
KABAR SORE ITU : SEJUMLAH WARTAWAN HILANG!
Hari semakin sore, kami menyempatkan diri untuk singgah di pakem memotret aktivitas di posko Hargobinangun, Pakem, Sleman. Dapur Umum TNI (Denbekang) dan aktivitas ibu2 PKK tengah menyiapkan makan malam. Hari mulai gelap kami pun meluncur ke arah kota Yogya untuk mencari tempat makan.
Ketika tengah makan, tiba-tiba ada telpon yang mengatakan bahwa Gunung Merapi meletus. Karena baterai kamera sudah drop dan baterai flash juga sdh low bat, maka kami singgah sebentar ke hotel untuk mengganti baterai. Di kamar hotel kami mengecek kebenaran berita bahwa Merapi meletus. Ternyata benar, Merapi meletus pada pukul 17.02. Plus info tambahan lainnya : Sejumlah wartawan hilang.
Tak berlama-lama mengganti baterai, kami pun kembali ke arah Cangkringan, Pakem. Jalanan mulai tersendat karena lalu lalang mobil ambulanS dan mobil-mobil rescue. Hujan abu sudah turun di CAngkringan. Masker-masker pun dibagikan. Beberapa warga yang tinggal di lereng Merapi mulai dievakuasi dengan berbagai angkutan darat. Dari mulai truk-truk TNI/Polri, PMI dan pick up milik warga. Aparat TNI/Polri pun berjaga-jaga mengamankan situasi di Cangkringan.
Setelah dirasa cukup memotret situasi di Cangkringan, kami pun singgah di Posko utama di Pakem. Di sana selain mendapatkan data resmi mengenai bencana Merapi, juga bertemu dengan para wartawan. Termasuk para wartawan yang kami jumpai ketika berada di rumah Mbah Maridjan. Kami semua saling bertanya, siapakah wartawan yang hilang itu? Atau wartawan yang jadi korban seperti yang disebutkan oleh dalam siaran berita televisi-televisi sore itu. Kami saling mengingat-ingat siapa saja yang datang ke rumah Mbah Maridjan dan siapa yang terakhir meninggalkan rumah juru kunci itu. Saat itu ada kabar bahwa yang terakhir meninggalkan rumah Mbah Maridjan adalah wartawan dari Nova. Ada juga kabar yang mengatakan, kru TV Aljazeera juga sempat singgah ke rumah Mbah Maridjan. Juga nama Winda, reporter Kompas biro Yogya juga disebut-sebut di posko di Pakem, Sleman.
Untunglah akhirnya saya sendiri bertemu dengan kru TV Aljazeera di sebuah rumah warga di Cangkringan malam itu saat hujan abu. Juga sudah dikonfirmasi bahwa Winda (Kompas Yogya) diberitakan selamat dan sehat walafiat. Jadi siapa yang jadi korban saat berada di rumah Mbah Maridjan? Saat itu belum diketahui nama dan dari media mana korban yang berada di rumah Mbah Maridjan.
Akhirnya barulah malamnya lewat tayangan televisi, diketahui bahwa Wawan (Yuniawan Nugroho) wartawan dari Vivanews.com menghadap Sang Khalik tersapu awan panas Gunung Merapi bersama Mbah Maridjan.
Kini Mbah Maridjan telah pergi. kenangan bersamanya tak akan saya lupakan sampai akhir hayat.
Selamat jalan, Mbah Maridjan...
Daniel Supriyono
Wartawan Foto Tabloid NOVA
(data-data jam kejadian dicocokkan pada meta data foto digital yang saya rekam)
KOMENTAR