NOVA.id - Dari jumlah populasinya, Indonesia menjadi negara keempat terbesar di dunia.
Berdasarkan survei penduduk antar sensus (Supas) 2015 jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2019 diproyeksikan mencapai 266,91 juta jiwa.
Di tahun 2035 Indonesia diprediksi akan mengalami bonus demografi.
Jumlah penduduk usia produktif (15–64 tahun) pada periode tersebut diperkirakan mencapai 64 persen dari total jumlah penduduk yang diperkirakan sebesar 297 juta jiwa berdasarkan prediksi Bappenas tahun 2017.
Baca Juga: Bukan Hanya Wortel, 5 Makanan Enak Ini Juga Bisa Menjaga Kesehatan Mata
Menurut organisasi kesehatan dunia WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10–19 tahun.
Sementara menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014 remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10–18 tahun.
Diprediksi jumlah penduduk usia remaja di Indonesia akan mencapai hampir 30% dari total penduduk pada saat bonus demografi terjadi.
Berdasarkan estimasi Kementerian Kesehatan 2013, sebanyak 39 persen penderita jantung di Indonesia berusia kurang dari 44 tahun.
Baca Juga: Waspada! Jangan Terlalu Sering Pakai 5 Fashion Item Ini untuk Keseharian, Bisa Timbulkan Penyakit
Yang mengejutkan, 22 persen di antaranya berumur 15–35 tahun, yang merupakan masa fisik produktif dalam kehidupan manusia.
Jumlah penderita jantung tertinggi ada pada kelompok usia 45–65 tahun dengan persentase 41 persen.
Selisih yang tak berbeda jauh antara umur 45 tahun ke bawah dan 45 ke atas jadi penegas bahwa tren risiko penyakit jantung datang pada usia produktif semakin meningkat.
Yayasan Jantung Indonesia mendapatkan dukungan penuh dari World Heart Federation (Federasi Jantung Sedunia) untuk mengadakan berbagai rangkaian acara yang berhubungan dengan youth capacity building dalam bidang kesehatan jantung.
Baca Juga: Jangan Panik, Ini Cara Cepat dan Mudah Hentikan Kram Kaki Mendadak
Dalam rangkaian memperingati Hari Jantung Indonesia tahun ini Yayasan Jantung Indonesia mengadakan sesi Webinar dengan tema "Penyakit Jantung Menyerang Anak Muda Apa Solusinya?".
Ketua Umum Yayasan Jantung Indonesia, Esti Nurjadin mengatakan “Yayasan Jantung Indonesia mengkampanyekan pentingnya pencegahan penyakit jantung dan kardiovaskular dengan fokus utama pada generasi muda yang masih di usia produktif."
"Program Yayasan Jantung Indonesia adalah mengajak generasi millennial untuk menjadi agen-agen perubahan di bidang kesehatan jantung sehingga bisa menjadi smart influencer untuk lingkungan keluarganya, lingkungan tempat kerja, lingkungan tempat tinggal atau lingkungan sekolah baik melalui media virtual maupun tradisional.”
Tantangannya saat ini, kaum muda Indonesia masih dihadapkan dengan berbagai permasalahan kesehatan pada kaum muda.
Baca Juga: 5 Jenis Makanan Ini Bisa Mempertajam Daya Ingat dan Konsentrasi Manusia, Coba yuk!
Misalnya gaya hidup tidak sehat, seperti kebiasaan merokok, kurang bergerak, makanan yang tidak sehat dan proposional, yang menyebabkan penyakit, salah satunya adalah penyakit jantung.
Dalam pemaparannya, dr. Cut Putri Arianie, M.H.Kes, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementrian Kesehatan RI mengatakan, “Penyakit jantung adalah termasuk salah satu penyakit tidak menular yang disebabkan oleh pola makan tidak sehat GGL berlebihan, kurangnya atktivitas fisik, merokok, berat badan berlebih, peningkatan tekanan darah, dan prediabetes.”
Biasanya orang tidak menyadari bahwa dia menderita penyakit karena keluhannya tidak khas atau tidak terasa.
Baca Juga: Jangan Anggap Sepele, Ternyata Minum Sambil Berdiri Bisa Berdampak Buruk untuk Kesehatan
Mereka baru akan menyadari kalau menderita penyakit jantung setelah mengalami serangan hebat.
"Untuk itu salah satu cara utama untuk mencegah penyakit jantung selain menjaga pola hidup sehat adalah dengan deteksi awal melalui medical checkup,” ujar dr. Vito A. Damay, SpJP (K), Mkes, FIHAA, FICA, FAsCC.
Berdasarkan hal tersebut, Yayasan Jantung Indonesia sebagai organisasi kesehatan memandang perlu kolaborasi yang efektif antara masyarakat umum dan pemerintah untuk menekan prevalensi penyakit jantung yang dialami oleh masyarakat usia produktif.
Bagaimana generasi muda untuk menekan prevalensi penyakit jantung?
Dr. Tara Kessaram, MBBS, MPH, FNZCPHM, Team Lead, Noncommunicable Diseases and Healthier Population, WHO Indonesia menjelaskan ada beberapa hal untuk menekan prevalensi penyakit jantung.
Yang bisa kita lakukan adalah menjauhi rokok, beraktivitas fisik secara rutin, menjalani diet atau pola makan sehat, serta mengkampanyekan gaya hidup sehat melalui kegiatan positif.
Pemeriksaan kesehatan secara rutin sejak dini juga merupakan bagian penting dari pencegahan penyakit jantung.
Yayasan Jantung Indonesia memberikan edukasi mengenai pentingnya pemeriksaan kesehatan rutin sebagai skrining atau deteksi dini dari penyakit jantung dan kardiovaskular.
Baca Juga: Miliki Nutrisi Tinggi, 4 Jenis Minuman Ini Cocok untuk Ibu Menyusui
Yayasan Jantung Indonesia terus meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa penyakit jantung bukan hanya penyakit para manula tapi bisa menyerang siapa saja.
Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.
Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store.(*)