Mari Penuhi Nutrisi Anak untuk Cegah Stunting, Ini Penjelasan Ahlinya

By Dionysia Mayang Rintani, Sabtu, 21 Agustus 2021 | 09:34 WIB
Cara Mencegah Stunting (iStock)

NOVA.id – Hingga kini, stunting menjadi masalah kesehatan yang serius di Indonesia.

Oleh karena itu, Komunitas Ibu Canggih @Ibu2Canggih kolaborasi dengan Isi Piringku @isipiringku_id mengadakan Digifest Penuhi Nutrisi si Kecil untuk Cegah Stunting’.

Kegiatan ini dilakukan untuk mendorong para ibu untuk menerapkan porsi makan ala Isi Piringku agar anak-anak terhindar dari stunting, yang juga didukung oleh Danone Indonesia.

Baca Juga: Tingkatkan Imun Anak dengan Pilih Susu dan Nutrisi Tepat Selama Pandemi

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada balita (anak di bawah usia 5 tahun) akibat kekurangan gizi kronis, terutama pada 1000 hari pertama kehidupan.

Salah satu upaya mencegah stunting di Indonesia, Kementerian Kesehatan meluncurkan kampanye Tumpeng Gizi Seimbang pada 2013, dilanjutkan dengan Isi Piringku pada 2016 hingga saat ini.

Program Isi Piringku sendiri merupakan salah satu dari gerakan #BersamaCegahStunting yang diinisiasi oleh Danone Indonesia, bekerjasama dengan para mitra dan pemangku kepentingan.

Baca Juga: Rekomendasi Aplikasi Menarik untuk Edukasi Ibu Hamil Menjaga Gizi

Tujuannya adalah mendukung pemerintah dalam membentuk anak Indonesia yang tumbuh sehat  dalam upaya mencegah stunting di Indonesia.

“Untuk mencegah stunting, Ibu bisa melakukan langkah-langkah pencegahan, di antaranya menjalankan rekomendasi Isi Piringku, yakni dalam 1 piring makan harus tersedia lengkap, mulai dari makanan pokok, lauk-pauk, dan sayur atau buah-buahan,” jelas dr. Nurul Ratna Mutu Manikam, M.Gizi, Sp.GK dalam live Instagram @Ibu2Canggih, Jumat (20/08).

Komposisi Isi Piringku dari Kementerian Kesehatan RI terdiri dari makanan pokok (⅓ porsi) dan sayur (⅓ porsi), serta sisanya adalah lauk-pauk dan buah-buahan (⅓ porsi).

Baca Juga: Pentingnya Susu Berkualitas untuk Menurunkan Stunting di Indonesia

Namun untuk balita, porsi lauk perlu ditambahkan lebih banyak,”

Makanan pokok yang dimaksud bukan hanya nasi, melainkan juga bisa divariasikan dengan kentang, singkong, jagung, sagu, ubi, dan lain-lain.

Sedangkan lauk-pauk bisa berupa protein hewani daging sapi/ayam/unggas, ikan, telur, serta protein nabati tahu, tempe, dan produk olahannya.

Baca Juga: Edukasi Soal Anemia pada Remaja Putri Rupanya Bisa Cegah Stunting

Sementara sayur dan buah untuk si Kecil bisa berupa sawi, bayam, pepaya, jeruk, dan sebagainya.

“Menu makanan yang disiapkan harus bervariasi. Dalam satu menu harus ada makanan pokok, lauk pauk berupa protein hewani dan nabati, dan juga ada sayur. Buah juga ditambahkan sebagai makanan selingan pada jadwal pemberian MPASI (makanan pendamping ASI),” tambah dr. Nurul.

Secara keseluruhan, tambah dr. Nurul, stunting pada anak bisa dicegah sedini mungkin.

Baca Juga: AMS Klinik dan Lifepack Bekerjasama Atasi Masalah Stunting dan Kematian Ibu Anak

Hal yang dapat Ibu lakukan saat si Kecil masih berusia di bawah 5 tahun ialah memenuhi nutrisi optimal sejak 1000 hari pertama kehidupannya (sejak hamil hingga usia anak 3 tahun) dan memberikan ASI eksklusif minimal 6 bulan.

Saat anak menginjak usia 6 bulan, kenalkan MPASI yang mengandung gizi seimbang berisi zat gizi makro (karbohidrat, protein, lemak) dan zat gizi mikro (vitamin dan mineral dari sayur dan buah).

Jangan lupa juga untuk pantau kenaikan berat badan dan tinggi badan/panjang badan secara teratur, serta mengikuti program imunisasi dasar.

Baca Juga: Dukung Pencegahan Stunting di Indonesia, Sasa Gandeng Rotary Club

 

 

“Jika Ibu mencurigai anak mengalami stunting, segera periksakan ke dokter dan lakukan langkah-langkah sesuai dengan rekomendasi dokter ya,” ujar Dr. Nurul.

Menurut Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2018, sebanyak 30,8% anak-anak di Indonesia mengalami stunting.

Stunting ini sendiri ditandai dengan kondisi anak yang panjang badan atau tinggi badan terhadap usianya lebih dari 2 dari standar deviasi di bawah median kurva pertumbuhan anak berdasarkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Baca Juga: Inilah Alasan Utama Mengapa Angka Kasus Stunting di Indonesia Tinggi

“Atau sederhananya, anak tampak memiliki perawakan lebih pendek dibandingkan anak seusianya. Tetapi, anak yang terlihat pendek belum tentu stunting karena gejala stunting ini harus dilihat secara keseluruhan oleh dokter,” ujar Dr. Nurul.

Penyebab stunting pada anak di Indonesia sendiri beragam.

Mulai dari kekurangan energi kronik pada ibu hamil, kurangnya pengetahuan ibu, penyakit infeksi berulang pada anak, sanitasi yang kurang, hingga layanan kesehatan yang terbatas.

Baca Juga: Pastikan Anak Makan Buah Tiap Hari untuk Cegah 3 Hal Buruk Ini Terjadi

Jika anak mengidap stunting, sistem imunnya bisa kurang baik sehingga anak mudah sakit. Selain itu, kecerdasannya juga berada di bawah rata-rata sehingga prestasi belajarnya tidak bisa maksimal.

“Langkah pencegahan stunting harus dimulai dari sekarang demi masa depan anak yang lebih baik, salah satunya dengan menjalankan rekomendasi makan sehat dan seimbang ala Isi Piringku,” pungkas dr. Nurul.

Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.

Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store.(*)