Brownies "Dapur Gladies", Hanya Terima Pesanan lewat Chat

By nova.id, Kamis, 30 Oktober 2014 | 05:21 WIB
Brownies Dapur Gladies Hanya Terima Pesanan lewat Chat (nova.id)

TabloidNova.com - Di tengah munculnya beragam kue jenis baru dan perusahaan kue kelas internasional, usaha brownies masih terasa manis. Tak perlu membuka toko, usaha melalui media sosial juga berbuah manis. Nah, Poetry Gladies Karina Dewi (26) telah memetik legitnya bisnis brownies lewat usaha Dapur Gladies sejak November 2013 lalu.

Diakui bungsu dari dua bersaudara ini, sebenarnya sudah sejak lama ia menekuni usaha pembuatan kue. "Namun, baru diseriusin setelah lulus kuliah di Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung atau yang dulu dikenal sebagai NHI. Aku ambil jurusan Pastry," kenang Gladies.

Lulus tahun 2009, Gladies melanjutkan mengambil Administrasi Hotel. "Harusnya setahun selesai, tapi aku sambi kerja sebagai presenter dan reporter di stasiun televisi lokal di Bandung, kemudian pindah ke B Channel tahun 2011," terangnya seraya tersenyum.

Karena tuntutan pekerjaan, di tahun yang sama Gladies pindah ke Jakarta dan sementara meninggalkan kuliahnya. "Saat pindah ke Jakarta aku membawa juga oven dan kompor. Di media sosial aku juga rajin membagi resep-resep mudah, sehingga banyak follower-nya. Keunggulan membagi resep di media sosial itu bisa bebas dan detail kasih infonya. Enggak seperti di televisi atau media lain yang terbatas karena durasi."

Semula, tidak ada niat Gladies untuk membuka usaha. "Aku hanya ingin mengajak anak muda kembali ke dapur bahwa memasak itu menyenangkan dan enggak susah. Dari sana, ada yang minta dibuatkan kue. Sejak itu, aku mulai menjual kue tanpa meninggalkan pekerjaan di teve. Sepulang kerja, aku belanja bahan dan langsung membuat kue. Alhamdulillah tanggapan yang aku terima sangat positif. Karena senang, membuat kue enggak menjadi beban," bebernya.

Walau sudah memulai usaha, Gladies tetap tidak pelit untuk membagi resep di media sosial. Enggak takut persaingan? "Enggak, walau resep sama, hasilnya bisa berbeda. Beda tangan beda hasil. Latar belakangku kuliah di jurusan Pastry juga sangat berguna sekali," ujar Gladies.

Kebanjiran OrderSelanjutnya, Gladies memilih menyelesaikan kuliahnya. Karena fokus kuliah, ia untuk sementara istirahat bisnis kue. Namun, ia mengaku tak terlalu sulit untuk kembali menghidupkan usahanya yang sempat tutup. Ia memang sudah sudah memiliki pelanggan, termasuk artis. Namanya juga sudah dikenal di media sosial. "Aku kembali memanfaatkan media sosial melalui teman-teman dan artis yang aku kenal," terangnya.

Bila sebelumnya membuat kue hanya dijadikan pekerjaan sampingan, Gladies kini menjadikan kue sebagai pekerjaan utama. "Soalnya sebelum puasa tahun lalu, aku memutuskan untuk memakai hijab. Akibatnya tawaran untuk menjadi presenter, host atau MC berkurang bahkan cenderung tidak ada. Aku berpikir bahwa mungkin ini memang jalannya. Jika satu pintu rezeki tertutup, akan ada pintu rezeki lain yang terbuka."

Demi membuat usahanya semakin dikenal, Gladies juga memanfaatkan media sosial dengan mengirim kue ke beberapa selebritas. Sejak itu, dalam dua bulan akun twitter Dapur Gladies mendapat tambahan follower sebanyak 2.000 orang. "Aku sudah enggak ingin bekerja lagi pada orang lain. Dengan modal Rp 300.000, aku membuka usaha ini dari nol lagi."

Seiring dengan waktu, pesanan brownies berbagai varian seperti Nutella, Milo cheese, Supermix, Toblerone Vs M&M, Peanut butter dan Black n White mulai datang secara rutin. Awal Desember 2013, Gladies menambah modal menjadi Rp 4 juta. "Enggak sampai sebulan sudah balik modal dua kali lipat. Jualan online itu konsumen membayar penuh di muka. Mereka juga membayar biaya kirim," katanya.

Dalam menjalankan usaha, Gladies dibantu ibunda dan seorang asisten. Padahal, permintaan begitu banyak. Sayang sekali, Gladies terpaksa membatasi pesanan dan membuat daftar tunggu pesanan yang panjang.

"Dulu aku membuka pesanan melalui e-mail. Ternyata Januari 2014 aku mendapat pesanan sampai 1.300 e-mail. Akhirnya, Februari baru masuk proses produksi. Semua pesanan selesai dikirim pada bulan Juni kemarin. Jadi, baru empat bulan kemudian, saya bisa memenuhi pesanan."

Belajar dari pengalaman, Gladies mulai membatasi pesanan. "Sekarang aku hanya membuka order melalui chat dan satu orang konsumen hanya dapat memesan 3 kotak."

Untuk memesan brownies buatan Gladies, calon pelanggan wajib memantau lini masa akun Twitter-nya. "Aku akan publish kapan buka pesanan atau open order yang berlangsung hanya satu jam dalam satu hari. Lewat dari itu aku enggak terima pesanan. Open order terbaru berlangsung tanggal 27 September kemarin untuk produksi bulan Oktober ini, ternyata yang masuk sampai 500 nama," terang Gladies yang menjual brownies buatannya dari harga Rp65.000 sampai Rp95.000 itu.

Enggan mengecewakan pelanggan, Gladies kini membuka garasi rumahnya setiap Sabtu dan Minggu untuk para pelanggan yang tidak sempat memesan saat open order. "Alhamdulillah banyak yang suka dengan brownies buatanku. Resep kue ini aku uji coba sendiri, bagaimana caranya menghasilkan brownies yang banyak cokelatnya, tapi tidak lembek," beber Gladies yang kini bisa mengantungi omzet Rp4-5 juta per hari.

Untuk bisa memenuhi pesanan yang semakin hari semakin banyak, Gladies berencana untuk membuka tempat khusus pembuatan kue dalam waktu dekat. "Sementara ini masih bikin di rumah. Ke depan, aku ingin ada toko dan tempat untuk produksi," harap perempuan berkulit putih ini.

Edwin Yusman F