Autisme: Terapi Tak Tepat, Penanganan Jadi Lambat

By nova.id, Jumat, 16 Mei 2014 | 10:05 WIB
Autisme Terapi Tak Tepat Penanganan Jadi Lambat (nova.id)

Penanganan Sejak AwalKapan muncul gejala ASD? Vera menegaskan, bahkan sejak awal kehidupan. Akan tetapi, hal yang berkaitan dengan pola komunikasi, umumnya baru akan terlihat ketika kemampuan komunikasi anak sudah berkembang. "Anak usia 2 - 3 tahun, kemampuan berbahasanya sudah berkembang dan bisa mengobrol dua arah dengan sangat baik, sementara pada anak-anak ASD, kemampuan ini tidak muncul."

Jadi, gejala ASD akan sangat kelihatan di usia 2 - 3 tahun. "Namun, sebetulnya sudah sejak lebih awal bisa dilihat karena anak sudah memiliki pola-pola yang tadi. Pola perilaku juga muncul di berbagai situasi, tidak cuma di rumah atau sekolah."

Pembagian ASD didasarkan pada level berat-ringan. Level terberat adalah Level 3, sedang Level 2, dan paling ringan Level 1. "Ini ditinjau dari kebutuhan anak akan support atau dukungan dari sekitarnya. Pada Level 1, anak mungkin hanya butuh minimum support, Level 2 support yang cukup besar, sementara Level 3 selalu butuh support," ujar Vera. Misal, anak bisa ngomong tapi kadang tidak nyambung, berarti anak masih di Level 1. "Dia paham temannya malu, tapi tidak tahu malu itu seperti apa. Jadi, masih butuh supervisi."

Terapi yang SalahDengan DSM-V, "Orangtua menjadi paham, mampu mendeteksi dini lebih baik, serta memahami kebutuhan support anak ada di Level mana? Support bisa berupa terapi, bisa juga pengawasan, atau bisa dilepas. Misalnya, anak ASD masuk ke sekolah inklusi tapi tidak diawasi."

Hal ini juga berkaitan dengan terapi yang tepat untuk anak ASD. Kalau dilihat dari dua pola dasarnya, maka yang perlu dibenahi di awal adalah pola yang menghambat anak untuk berkomunikasi. "Ingat, sejak lahir, individu sudah punya refleks. Ada beberapa anak yang refleksnya tidak berkembang, termasuk anak-anak ASD."

Refleks yang tidak berkembang akan memengaruhi sensor motorisnya. Anak dengan ASD selalu memiliki gangguan sensoris. Kalau sensor motorisnya tidak berkembang optimal, atensi konsentrasinya minim dan kemampuan bicara tidak berkembang, maka terapi awal yang disarankan adalah OT (occupational therapy).

OT adalah latihan yang membutuhkan usaha mental dan SI (sensory integration) untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan masalah sensomotoris. Di usia 1-2 tahun, biasanya akan terlihat gejala berkembang ke arah mana, dan sudah diantisipasi dengan terapi OT-SI.

Terapi yang tidak tepat biasanya disebabkan ketidaktahuan orangtua tentang masalah dasarnya. "Anak tidak bisa bicara, langsung diberi terapi wicara. Padahal, untuk bisa bicara, ada tahap awal seperti anak bisa memberikan atensi kepada orang lain. Kalau atensi belum ada terus dikasih terapi wicara, ya tidak tepat," jelas Vera.

Contoh lain, anak mengalami ganguan sensoris, lalu diberi terapi perilaku. Padahal, seharusnya masalah sensoris yang dibenahi dulu dengan OT-SI. Inilah sebabnya, tandas Vera, kenapa terapi selama bertahun-tahun tidak menghasilkan kemajuan. "Karena tidak tepat sasaran."

Seharusnya, atensi dilatih agar lebih berkembang dan hambatan sensorinya diatasi, sehingga dia mulai bisa berkomunikasi. Baru ke depannya, dinaikkan step-nya dengan memberi terapi wicara dan terapi perilaku. "Di usia 4-6 tahun, ditambahkan terapi yang berkaitan dengan belajar (remedial teaching) untuk persiapan masuk sekolah, atau pedagogik. Terapi sebelumnya tetap diteruskan jika masih ada masalah."

Orangtua mesti paham bahwa terapi psikologis unik untuk setiap anak dan tidak selalu cocok, jadi orangtua harus rajin mencari terapi yang cocok bagi anak. Selain itu, ada lagi pendekatan medis. "Secara medis akan dilihat apakah anak memiliki hambatan fisik, misalnya gangguan pencernaan atau alergi. Karena, anak ASD sering terlahir dengan masalah-masalah medis tertentu."

Vera mengingatkan bahwa selama ini orangtua hanya peduli aspek kesehatan fisik melalui pemeriksaan medis, seperti lingkar kepala, tinggi dan berat badan, dan vaksinasi. "Kualitas tumbuh kembang anak belum diperhatikan dan orangtua sering tidak paham. Jadi, pemeriksaan psikologis sebaiknya dilakukan seawal pemeriksaan medis untuk memastikan kualitas tumbuh kembangnya baik".

Hasto Prianggoro