Mau Coba Tutut Rica rica di Jalan Lengkong Kecil Bandung (nova.id)
TabloidNova.com - Bandung seakan tak pernah kehabisan ide kreatif. Beragam cara ditemukan dan dilakukan urang Bandung secara kreatif untuk meningkatkan perekonomian mereka. Bukan hanya dari kalangan masyarakat, melainkan juga pemerintah kota Bandung. Salah satu program pemkot yang digelar setiap malam Minggu, Culinary Night, menawarkan ragam kuliner khas Bandung.
Selain di kawasan Jalan Pasundan, CN juga digelar di beberapa lokasi lain, di antaranya Sukajadi dan Jalan Lengkong Kecil. Di Jalan Lengkong Kecil yang lebar itu, puluhan stan di sepanjang kanan dan kiri jalan bisa dikunjungi sembari menonton pertunjukan musik dari grup band dan pertunjukan kesenian.
Sama halnya di CN Jalan Pasundan, di lokasi ini tak sedikit penjual yang menawarkan makanan yang sama di antara stan-stan yang ada. Selain itu, kebanyakan juga menawarkan makanan dan minuman ringan. Antara lain, mochi, teh ala Thailand alias thai tea, yogurt. Kebanyakan makanan dan minuman yang ditawarkan memang yang kini tengah digandrungi anak muda, yang notabene menjadi pengunjung mayoritas CN di semua lokasi.
Salah satu yang menarik di CN di Jalan Lengkong Kecil malam itu adalah stan Tutut Batu Itam milik Nung (44). Ia hanya menjual keong sawah berwarna coklat gelap itu. Nung sedang mengaduk-aduk puluhan kilogram tutut di atas wajan, menguapkan aroma daun kemangi yang ada di puncak gundukan tutut. Nung membawa 100 kg tutut ke Lengkong Kecil.
"Saya membuatnya dengan bumbu Manado. Malam ini saya ikut di dua lokasi CN, masing-masing membawa 100 kg dan selalu habis. Tiap kali ikut CN, 100 kg selalu habis, Seporsi tutut harganya Rp8.000," ujar Nung yang setiap minggu selalu ikut CN sejak awal acara itu diadakan.
Mau Coba Tutut Rica rica di Jalan Lengkong Kecil Bandung (nova.id)
Mau Coba Tutut Rica rica di Jalan Lengkong Kecil Bandung (nova.id)
"Di CN Lengkong Kecil juga ada stan kue kering dan nastar berkarakter yang ditata dalam toples plastik kecil. "
Nung dan juga penjual-penjual di stan lain mengemas makanan yang mereka tawarkan secara sederhana, antara lain dengan plastik. Namun, banyak pula penjual yang punya kemasan khusus untuk produknya.
Kebanyakan produk yang ditawarkan di CN memang sudah memiliki merek dan logo sendiri. Bahkan pemasarannya pun tak hanya di CN saja, melainkan juga lewat sosial media, antara lain Twitter dan Facebook. Selain memajang akun sosial medianya, di banner yang mereka pajang di depan meja juga menyertakan nomor ponsel dan kalimat "Menerima Pesanan."
Momen Melepas PenatRata-rata, peserta CN dari kalangan UMKM. Ada yang baru mulai, ada pula yang sudah lama mendulang sukses dalam bisnisnya. Es lilin Likliki, misalnya, memiliki puluhan outlet yang tersebar di berbagai kota di Jawa Barat, Tangerang, dan Jakarta. Rupanya, peluang yang dibuka Pemkot Bandung bagi pengusaha kuliner untuk menjajakan produk mereka disambut penuh antusias untuk meningkatkan omzet dan mengenalkan produk mereka secara luas.
Bukan hanya mengenalkan produk di kalangan masyarakat Bandung, tapi juga turis dari luar kota, bahkan mancanegara. Di sela-sela stan makanan, terselip pula stan non kuliner seperti stan Pegadaian, operator seluler, dan kaus C59 di CN Jalan Pasundan. Sewa stan yang bervariasi besaran nominalnya pun tak masalah bagi mereka. Rahmat, misalnya, membayar Rp300.000 untuk stan mochinya malam itu. Sedangkan Nung membayar Rp250.000.
Jalanan sempit tak jadi soal, toh, di jalanan yang menjadi lokasi CN memang ditutup total untuk kendaraan sejak pagi atau siang hingga malam. Pengunjung pun rela berdesak-desakan. Meski begitu, mereka tak lupa untuk ber-selfie di bawah gerbang CN. Sungguh momen tepat untuk melepas penat. Kapan lagi bisa duduk di tengah jalanan beramai-ramai bersama teman atau keluarga, untuk menonton pertunjukan musik gratis yang digelar di panggung di tengah jalan?
Hasuna Daylailatu
FOTO-FOTO: NOVA/DANIEL SUPRIYONO