Saya tentu saja senang, karena itu artinya posisi hubungan kami sudah serius. Buktinya Reni mau memperkenalkan ke orangtuanya. Ada komentar Ngarsadalem untuk Anda?
Secara khusus tidak. Biasa saja, kami mengobrol saja.
Bisa cerita kembali soal lamaran?
Saya melamar tanggal 18 September, bertepatan dengan saat Reni ulang tahun ke 24. Reni menginformasikan ke saya agar tidak membawa apa pun. Saran itu saya ikuti.
(Ubai adalah putra bungsu (Alm) H. Jusami Ali Akbar yang berpulang pada 2001, pernah bekerja di Badan Pertanahan Nasional (BPN). Sedangkan ibunya, Hj. Nurbaiti Helmi BA, pensiunan Kementerian Agama. Orangtua Ubai berasal dari Lampung. Namun, Ubai lahir di Jakarta. Ketika dilantik menjadi KPH. Yudanegara, ia didampingi mantan Gubernur Lampung Tursandi yang sudah dianggap sebagai orangtuanya.)
Dekat sekali. Bukan hanya dengan Ngarsadalem, dengan ibu Ratu Hemas dan romo-romo lain (adik-adik Sultan HB X, Red.) juga dekat. Kami, kan, akan menjadi keluarga. Saya akan jadi anak Ngarsadalem juga, praktis kedekatan kami layaknya anak dengan orangtua harus terjadi.
Bagaimana rasanya kini tiba-tiba jadi pusat perhatian?
Kaget. Tapi saya sadar, ini harus dijalani. Saya tahu Ngarsadalem itu seorang tokoh. Saya sadar jadi pusat perhatian seusai pelantikan gelar dan nama baru saya menjadi KPH. Yudanegara.
Apa reaksi rekan kerja saat tahu Anda calon menantu Sultan HB X?
Saya tak pernah menginformasikan berpacaran dengan siapa ke teman-teman kantor. Begitu mereka tahu saya dilantik dengan nama dan gelar baru, mereka kaget. Sebelumnya, Reni memang sering main ke kantor saya, tapi mereka tak menyangka Reni putrinya Sultan. "Lho, Reni putrinya Sultan, tho?", begitu komentarnya. Mereka tak menyangka Reni putri Sultan karena orangnya sederhana, tak neko-neko.
Cerita lainnya?