KPH. Yudanegara: Dua Anak Cukup!

By nova.id, Senin, 17 Oktober 2011 | 23:27 WIB
KPH (nova.id)

Pernah, waktu saya ikut diklat di Jatinangor, Bandung (Jabar) pada Februari 2011, kami diharuskan membuat tugas di Jogja. Ketika tiba acara shopping, Reni mengantar kami ke Beringharjo. Dia ikut menawar barang pakai bahasa Jawa. Teman-teman tak ada yang tahu bahwa yang menemani belanja itu putri Sultan. Nah, tanggal 7 Juli 2011, ada berita di situs online memberitakan hubungan saya dengan Reni, kontan mereka kaget. Surprise, Reni putrinya Sultan.

Soal nama dan gelar baru Anda, keluarga dan rekan kerja sudah familiar?

Familiar, sih, belum. Tapi kadang-ladang pas iseng, mereka suka guyon, memanggil saya 'Pangeran! Pangeran!'. Kalau ibu saya, kadang memanggil Yudo atau Ubai.

Anda sendiri, bagaimana?

Saya mulai terbiasa. Sejak dilantik, saya sudah membiasakan diri dengan nama itu. Menyandang gelar KPH dan nama Yudanegara, mau tak mau beban juga. Tapi, ya, harus saya jalani.

KPH (nova.id)

"Ubai dan Jeng Reni saat didaulat wartawan memperagakan balang-balangan gantal (lempar-lemparan sirih), salah satu prosesi Upacara Panggih yang akan dijalaninya Selasa, 18 Oktober 2011. (Foto: Siswanto/Dok NOVA) "

Apakah surat-surat penting akan diganti dengan nama dan gelar baru?

Enggak. Itu cuma nama saja. Saya hanya menambahkan nama jadi Ahmad Ubaidillah Yudanegara.

Oh ya, bagaimana perjalanan karier Anda?

Saya lahir di Jakarta 26 Oktober 1981. Memulai karier pada 2002, sebagai pegawai negeri di Depdagri. Lalu, kuliah lagi S2 di IIP (Institut Ilmu Pemerintahan) di Ampera, Jakarta. Setelah lulus, saya jadi ajudan Gubernur Lampung pada 2003. Dua tahun kemudian saya kembali ke Depdagri, jadi Protokol Mendagri. Setahun kemudian saya pindah ke Direktorat Pejabat Negara. Tahun 2007 saya jadi ajudan Seswapres Pak Tursandi yang juga mantan Gubernur Lampung. Maret 2011 saya dilantik jadi Kepala Sub Bidang Komunikasi Politik Bidang Media Cetak, sampai sekarang.

Sebelum berjodoh dengan Jeng Reni, Anda pernah punya pacar. Apakah akan diundang ke pernikahan?

Itu sedang saya komunikasikan dengan Reni. Kalau Reni bilang, undang, ya, diundang. Kalau Reni merasa ada hal yang tak mengenakkan, ya, tak diundang. Saya demokratis saja, biar sama-sama enak.

Rumah tangga seperti apa yang akan dibangun dengan Jeng Reni?

Ya, rumah tangga yang sakinah, mawadah, warahmah (tenang, cinta-kasih, saling mengerti dan megasihi, Red.) Kami berencana setelah menikah akan tinggal di Jakarta. Tapi saya menegaskan ke Reni, keraton tetap prioritas utama. Setelah bicara bersama Reni, mungkin kami akan tinggal di apartemen di kawasan Kemang. Biar praktis. Kepala keluarga tetap saya, meski gelarnya lebih tinggi Reni.

Rencana ingin punya berapa buah hati?

Ikut anjuran pemerintah saja. Dua anak cukup. Saya sudah membicarakan hal ini dengan Reni. Mohon doanya, ya, semoga semua lancar. Amin.

 Rini Sulistyati