Dua tahun setelah menutup pintu hati karena patah hati, akhirnya aku bertemu LHL (42). Awalnya aku pun tak sadar, LHL suka memerhatikanku saat ia berkunjung ke kantorku. Kebetulan temannya rekan sekantorku. Meski mulanya malas pacaran, akhirnya desakan teman-teman meluluhkan hatiku. Apalagi, LHL juga "rajin" mencari jalan untuk berkenalan denganku. Akhirnya, kami pacaran.
Di masa-masa indah itu, LHL tak pernah berbuat kasar. Wajahnya memang terkesan dingin dan tegas. Mungkin itu pengaruh dari pendidikannya sebagai seorang pilot.
Punya Anak & Istri
Pertama kali ia bersikap kasar adalah saat kami tidak sengaja bertemu dengan teman-teman lamaku di sebuah rumah makan cepat saji di Bekasi. Mendadak ia memelintir tanganku, lalu menarikku menuju mobilnya di parkiran. Ternyata ia tak suka aku menyapa dan bersenda-gurau dengan mereka. "Kalau lu udah jalan sama gue, lu enggak boleh ketawa-ketawa sama teman-teman lu lagi. Entah itu cewek atau cowok," begitu katanya.
Dengan kesal, kuputuskan ia saat itu juga. Namun karena permintaan maafnya terlihat sungguh-sungguh, kami pun berbaikan.
Baru satu bulan pacaran, aku mendapat kabar dari seorang teman, ternyata LHL sebenarnya sudah beristri dan punya dua anak. Saat kutanyakan kebenaran berita itu, LHL marah besar dan mengancam akan menonjok orang yang menyebarkan kabar itu. Melihat ia begitu bersungguh-sungguh, aku pun memilih percaya padanya.
Hingga suatu hari, atasanku sendiri berujar hal sama. Entahlah bosku dapat kabar dari mana. Lagi-lagi kutanya LHL soal itu Setelah kudesak, ia akhirnya mengaku. Kali ini LHL terdesak karena kutekankan padanya, aku tak mau dicap sebagai perusak rumah tangga orang. Ia mengaku sedang dalam proses cerai dengan istrinya yang bernama Tina.
Pada awal pernikahan, kami tinggal di rumah orangtuaku di Kelapa Gading. Semuanya berjalan sangat baik dan harmonis. Namun lama-kelamaan, aku merasakan ada sesuatu yang aneh pada dirinya. Setiap kali ada masalah, ia pasti marah dan berlaku kasar padaku. Dari yang mulanya hanya mengumbar kata-kata kotor, hingga kemudian berujung pada pemukulan.
Ester Sondang/bersambung
KOMENTAR