NOVA.id – Satu bulan pertama di tahun ini sudah terlewati.
Sudahkah resolusi untuk mengurangi berat badan kita terwujud?
Walau mungkin belum berhasil, namun kondisi tersebut tak sepenuhnya kesalahan kita.
(Baca juga: Tak Perlu Khawatir Mesin Cuci Bikin Boros Listrik, Solusinya Pakai LG Smart Inverter Saja!)
Para peneliti di Universitas Exeter, Devon, Inggris menemukan fakta, sel lemak orang yang sudah kelebihan berat badan berada dalam kondisi "tertekan" dan "meradang".
Artinya, sel lemak tersebut tidak memberikan respons dan bekerja sejalan dengan sel lemak sehat yang ada di dalam tubuh.
Jadi, orang dalam kondisi ini memang harus berjuang lebih keras dalam mengurangi bobotnya.
(Baca juga: Tak Perlu Was-Was Memulai Bisnis Bakery Asal Ada Tepung Premix, Ini Alasannya)
Dalil ini berlaku untuk jenis diet apa pun yang mereka pilih.
Penjelasan ini disampaikan Dr Katarina Kos dari Universitas Exeter, yang ambil bagian dalam penelitan ini.
Dia juga adalah ahli ganguan kesehatan yang terkait obesitas.
(Baca juga: Gigi Sering Bermasalah? Yuk Hindari dengan Melakukan Cara Ampuh Ini)
"Sel-sel lemak ini tak mampu menyimpan kelebihan kalori, sehingga bisa menyebabkan lemak berpindah dan membungkus organ lain, seperti jantung misalnya," kata Kos.
Kondisi ini selanjutnya bisa menyebabkan lemak tersimpan ke dalam jaringan terdalam dari perut dan juga organ-organ vital.
Hasilnya, mereka mengalami kondisi perut yang membesar, -yang menggiring ke arah obesitas, atau pun memicu kelainan lain, misalnya kelebihan lemak di jantung, diabetes, atau pun penyakit jantung lainnya.
(Baca juga: Engku Emran Ulang Tahun, Begini Momen Bahagia Laudya Cynthia Bella dan Sang Anak Berikan Kejutan!)
"Jadi sel lemak dalam orang yang kelebihan berat badan tidak dapat menjalankan 'fungsi'-nya," ungkap Kos.
Dr Robert Lustig, seorang ahli obesitas dari Universitas California, Amerika Serikat, yang juga penulis Fat Chance: The Hidden Truth About Sugar, Obesity and Disease memberikan pandangannya.
"Para peneliti telah mengupas persoalan ini dalam poin yang jelas. Jaringan lemak kehilangan kemampuannya untuk dikontrol oleh insulin."
(Baca juga: Yuk, Segarkan Awal Pagi Kita dengan Sarapan Pancake Kenari Saus Jeruk, Begini Resepnya)
"Saat kondisi ini terjadi, enzim yang menghasilkan lemak terus bekerja, dan menghasilkan energi di dalam jaringan lemak, dan lemak berkembang tanpa kendali."
Dr Lustig mengatakan, ketika sel lemak berkembang menjadi besar, -hingga menjadikan seseorang kelebihan berat badan atau bahkan obesitas-, inflamasi pada jaringan lemak kian menjadi.
Sel lemak menjadi tidak responsif untuk mengecilkan unsur lemak dalam tubuh.
(Baca juga: Respon Gisella Anastasia Saat Gading Marten Kepergok Dekati Wanita di Kelab Malam)
"Nah, enzim dalam tubuh yang bertugas untuk mengeluarkan energi dari sel lemak tidak dapat terstimulasi dengan cara yang biasa."
"Dengan demikian, para penderita kelebihan berat badan akan menghadapi kondisi di mana lemak sulit terbuang. Sebab pada dasarnya, lemak itu menjadi tak terkontrol dan 'hidup sendiri' di dalam tubuh." papar Lustig.
Lustig meyakini, temuan ini memberikan secercah harapan, dan semacam titik terang bagi mereka yang masih berjuang membuang lemak di tubuh.
(Baca juga: Ibu-Ibu Wajib Tahu, Ternyata Makanan Bisa Bertahan Selama Ini di Dalam Kulkas Apabila Listrik Mati)
"Sekian lama orang menyebut, kita tak bisa mengurangi berat badan karena malas, atau rakus, atau tak mau mencoba."
"Dengan temuan ini dapat diketahui bahwa memang sangat sulit bagi mereka yang sudah telanjur kelebihan berat badan dan membiarkan lemak tumbuh di luar kendali, untuk kembali ke kondisi normal," sebut Lustig.
Tentu saja kelebihan berat badan dan bahkan obesitas, bukanlah hal yang tak bisa diatasi.
(Baca juga: Masih Banyak yang Belum Tahu, Inilah 5 Makanan Rendah Kalori agar Tubuh Sehat dan Bugar)
Namun hasil penelitian di Exeter menunjukkan 95 persen pelaku diet yang sempat "sukses", kembali mengalami kenaikan berat badan, entah sebagian atau ke kondisi semua.
Seringkali, hal ini terjadi karena mereka kembali ke kebiasaan makan yang lama.
Tapi, bisakah kerusakan sel lemak seperti dalam penelitian ini yang disalahkan?
(Baca juga: Rp 800 Ribu Bikin Anisa Bahar Tak Akui Juwita Sebagai Anak?)
Dan, jika memang demikian, apa yang bisa kita lakukan?
"Mungkin nanti akan ada pengobatan untuk mengatasi sel-sel lemak yang 'terluka' itu," kata Dr Kos.
"Sementara pengobatan itu belum ditemukan, kita tetap dapat berusaha mengendalikan kalori yang masuk ke dalam tubuh dengan sebaik mungkin."
(Baca juga: Wah, Anang Hermansyah Beri Isyarat Kembali Bermusik di Tahun 2019)
"Penelitian juga menunjukkan, berjalan kaki setelah makan dapat membantu mencegah sel-sel lemak mengalami kerusakan lebih parah. Jalan kaki pun dapat membantu membakar kalori yang masuk," kata Kos.
"Bukan semata karena malas, tapi biokimia pada tubuh kita pun berkontribusi terhadap perilaku kita."
Namun, Kos mengatakan, upaya mengontrol insulin dan berolahraga akan sangat membantu.
(Baca juga: Akhirnya Dipertemukan, Ivan Gunawan Berikan Benda Ini untuk Gadis Penyandang Tunagrahita)
"Hidup dengan aktivitas dapat membuat kadar insulin dalam tubuh kita lebih sensitif, dan hal ini amat penting untuk melawan masalah obesitas," tegas dia. (*)
(Glori K. Wadrianto/Kompas.com)
Mengintip Isi Buku "Cabai Kering pada Khazanah Masakan Melayu", Ada Resep Sambal Bilis hingga Otak-otak
Penulis | : | Dionysia Mayang Rintani |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR