Julie melanjutkan, para peserta festival terdiri atas 2.000 peserta dari perangkat daerah Provinsi NTT, 500 perangkat daerah Kota Kupang, 500 TNI/Polri, 500 peserta dari instansi vertikal, 500 orang dari organisasi wanita, 300 peserta dari kelompok etnis, sebanyak 700 peserta dari BUMD/BUMN, dan 5.000 peserta dari kalangan pelajar serta mahasiswa.
“Yang unik dari acara ini, peserta diwajibkan berbusana kaus putih dan sarung bahan tenun ikat asli NTT. Yang datang tanpa sarung tenuh ikat asli NTT saya tolak,” kata Julie Laiskodat.
Peserta akan dibagi ke empat lokasi di sepanjang Jalan El Tari dengan perincian, sebanyak 4.975 peserta di Depan Gedung Sasando Kantor Gubenur, lalu 1.685 peserta di depan Pengadilan Tinggi NTT, sebanyak 2.100 peserta di depan rumah jabatan Gubernur NTT, dan sebanyak 2.120 peserta di depan rumah jabatan Kejati NTT.
Baca Juga : Salah Cara Memindahkan Tuas di Mobil Transmisi Otomatis, Risikonya Tak Main-Main
“Para peserta dan masyarakat yang hadir diharapkan dapat membeli kreasi tenun ikat di masing-masing spot dan produk makanan berbasis kelor,” imbaunya.
Julie menambahkan, pihaknya akan mendorong penetapan Hari Sarung Nasional.
Menurut dia, sarung yang merupakan warisan kekayaan leluhur mesti dilestarikan serta layak disejajarkan dengan batik sebagai busana nasional.
Baca Juga : Masakan Selebgram: Lava Cake ala Rachel Vennya yang Lumer Bikin Ketagihan
“Dengan itu, geliat perekonomian para penenun juga akan semakin meningkat,” tutur Julie Laiskodat.
Dalam rilisnya, Biro Humas NTT menyambut baik kegiatan yang mempromosikan tenun ikat NTT itu.
Apalagi, tenun ikat NTT merupakan suatu hasil karya cipta, rasa, dan karya kekayaan intelektual yang bernilai tinggi. Karya tenun motif NTT telah diapresiasi secara nasional bahkan internasional.(*)
Atlet New Balance Triyaningsih Berhasil Taklukan Kompetisi TCS New York City Marathon 2024
Penulis | : | Dionysia Mayang Rintani |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR