NOVA.id – Festival Sarung dan Musik Nusa Tenggara Timur (NTT) di area car free day di Kupang, NTT, Sabtu (02/03) dipastikan akan menjadi agenda rutin tahunan.
Hal tersebut disampaikan oleh Julie Sutrisno Laiskodat, selaku Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) NTT.
Festival tersebut diramaikan oleh ribuan warga yang tumpah ruah di sepanjang jalan El Tari, Kupang, yang antusias mengikuti kegiatan akbar pertama di NTT.
Baca Juga : Doa Usap Kepala Istri, Ini Sisi Romantis Reino Barack pada Syahrini
Selain itu, 10.000 peserta menari bersama dengan mengenakan berbagai kain tenun ikat tradisional hasil karya masyarakat Flores, Sumba, Timor, dan Alor (Flobamora).
Sebanyak 1.800 pelajar turut memandu tarian massal Flobamora seperti Gawi, Dolo-Dolo Jai, dan Tebe.
Sementara, selama festival berlangsung juga tersedia bazar aneka makanan tradisional serba kelor dari UMKM, instalasi tenun, paduan suara pelajar yang diikuti oleh 2.000 orang, musik tradisional, serta olahraga bersarung.
Baca Juga : Tanpa Olahraga, Ternyata Kunyit Bisa Bantu Kecilkan Lengan! Begini Caranya
“Ini luar biasa. Walau baru pertama kali digelar, tetapi antusias masyarakat tinggi. Mereka datang meramaikan dan menampilkan tenun-tenun yang luar biasa kayanya hasil warisan leluhur. Karyanya bervariasi dari 22 kabupaten,” tutur Julie di sela-sela festival.
Julie menjelaskan, bukan hanya kain tenun yang bervariasi, tetapi melalui kegiatan itu, masyarakat NTT ingin menunjukkan kepada publik nasional dan internasional bahwa masyarakat NTT bersatu, baik etnis, agama, dan sebagainya.
Hal itu sesuai tema yang diusung yakni Sarung Tenun Ikat NTT Identitas Budaya, Pemersatu Bangsa.
Baca Juga : Ibunda Faisal Nasimuddin Konglomerat Malaysia Restui Luna Maya, Segera Nikah?
Kegiatan itu digelar Dekranasda NTT bersama Pemprov NTT.
“Ini NTT, ini kita untuk NTT. Kita tunjukkan ke nasional dan internasional, bahwa NTT bersatu menampilkan seluruh kekayaan budanyanya. Kami berterima kasih kepada berbagai pihak yang mendukung. Kegiatan ini kami gelar memang tanpa budget, tanpa biaya, tetapi kita bisa melaksanakan seperti ini, sebuah perkara yang sangat besar,” tuturnya.
Ia menambahkan, Dekranasda NTT akan terus menggelar kegiatan itu secara rutin tiap tahunnya, tentunya dengan dukungan dari Pemprov NTT, terutama atas dorongan Gubernur NTT Victor Laiskodat.
Baca Juga : Ibunda Meninggal Dunia, Mikha Tambayong Batal Tampil di Java Jazz Festival 2019
Sejumlah peserta festival juga berharap kegiatan itu bisa digelar tiap tahun.
Seperti disampaikan Gratia Zacharias, siswa SMKN 1 Kupang, ia berharap Festival Sarung dan Musik NTT bisa dilanjutkan secara rutin.
“Tujuannya agar masyarakat NTT bisa mengenal budaya NTT melalui sarung dan musik,” ujar dia.
Menurutnya, kegiatan itu bukan hanya menyenangkan, tetapi sebagai upaya memperkenalkan budaya NTT kepada masyarakat luas.
Hal senada dikatakan Julianet Nope, salah satu peserta lainnya asal Kupang.
“Jika acara ini dilakukan secara rutin, maka akan tumbuh rasa memiliki budaya NTT baik sarung maupun musik khas NTT,” ujar Julianet kepada wartawan di sela-sela festival.
Baca Juga : Solusi Hadapi Baby Blues akibat Mom Shaming, Para Ibu Pasti Bisa!
Sebelumnya Julie Laiskodat menjelaskan, festival itu menampilkan kain tenun ikat hasil kreasi kaum perempuan di seluruh pelosok Flobamora yang beraneka ragam serta sarat pesan kearifan lokal yang unik.
“Kami ingin mendorong pemberdayaan ekonomi masyarakat, khususnya penenun. Juga untuk membangkitkan kebanggaan di kalangan generasi muda dan kaum milenial terhadap kain sarung NTT,” ujar Julie.
Ia menjelaskan, pihaknya akan terus mengupayakan agar tenun ikat NTT diakui sebagai warisan budaya oleh UNESCO.
Baca Juga : Tabloid NOVA Terbaru: Lebih Dekat dengan Marlene Hariman, Makeup Artist Raisa yang Pernah Dibayar Rp150 Ribu
Berdasarkan catatan, Julie yang juga istri Gubernur NTT Victor Laiskodat itu dikenal sebagai “Bunda Tenun NTT”.
Bahkan, ia pernah membawa hasil tenun NTT ke ajang peragaan busana internasional seperti Paris Fashion Week, London Fashion Week, dan New York Fashion Week.
Hasil tenun NTT yang Julie tampilkan merupakan karya dari berbagai kelompok tenun di NTT yang ia bina.
Julie melanjutkan, para peserta festival terdiri atas 2.000 peserta dari perangkat daerah Provinsi NTT, 500 perangkat daerah Kota Kupang, 500 TNI/Polri, 500 peserta dari instansi vertikal, 500 orang dari organisasi wanita, 300 peserta dari kelompok etnis, sebanyak 700 peserta dari BUMD/BUMN, dan 5.000 peserta dari kalangan pelajar serta mahasiswa.
“Yang unik dari acara ini, peserta diwajibkan berbusana kaus putih dan sarung bahan tenun ikat asli NTT. Yang datang tanpa sarung tenuh ikat asli NTT saya tolak,” kata Julie Laiskodat.
Peserta akan dibagi ke empat lokasi di sepanjang Jalan El Tari dengan perincian, sebanyak 4.975 peserta di Depan Gedung Sasando Kantor Gubenur, lalu 1.685 peserta di depan Pengadilan Tinggi NTT, sebanyak 2.100 peserta di depan rumah jabatan Gubernur NTT, dan sebanyak 2.120 peserta di depan rumah jabatan Kejati NTT.
Baca Juga : Salah Cara Memindahkan Tuas di Mobil Transmisi Otomatis, Risikonya Tak Main-Main
“Para peserta dan masyarakat yang hadir diharapkan dapat membeli kreasi tenun ikat di masing-masing spot dan produk makanan berbasis kelor,” imbaunya.
Julie menambahkan, pihaknya akan mendorong penetapan Hari Sarung Nasional.
Menurut dia, sarung yang merupakan warisan kekayaan leluhur mesti dilestarikan serta layak disejajarkan dengan batik sebagai busana nasional.
Baca Juga : Masakan Selebgram: Lava Cake ala Rachel Vennya yang Lumer Bikin Ketagihan
“Dengan itu, geliat perekonomian para penenun juga akan semakin meningkat,” tutur Julie Laiskodat.
Dalam rilisnya, Biro Humas NTT menyambut baik kegiatan yang mempromosikan tenun ikat NTT itu.
Apalagi, tenun ikat NTT merupakan suatu hasil karya cipta, rasa, dan karya kekayaan intelektual yang bernilai tinggi. Karya tenun motif NTT telah diapresiasi secara nasional bahkan internasional.(*)
Atlet New Balance Triyaningsih Berhasil Taklukan Kompetisi TCS New York City Marathon 2024
Penulis | : | Dionysia Mayang Rintani |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR