Jangan heran ya Bu Rieny kalau Mama katakan lama sekali, padahal hanya tiga tahun dan setahun terakhir saya melakukan penelitian dasar (basic) untuk memantapkan disertasi saya.
Kelak, profesor saya sudah menjanjikan saya bisa lanjut hingga S-3 bila kondisi memungkinkan.
Saya pulang, kembali bekerja dan bertemu dengan Mas T, yang menghidupi dirinya sebagai seniman.
Melukis, main musik di cafe untuk nafkahnya dan punya banyak aktivitas di komunitas berkeseniannya.
Awalnya, saya terpukau oleh warna warni hidupnya, banyak ketemu orang, luwes bergaul dan cara ia memandang penyakitnya yang terasa ringan dan tak mengganggu itu.
Toh banyak seniman kaliber dunia, juga artis film terkenal yang bipolar, katanya.
Pesona itu nampaknya yang membawa saya mantap memutuskan untuk jalan bareng, menikah.
Mama meninggal 6 bulan yang lalu, dan saya tak punya “pengarah gaya” lagi dalam hidup saya Bu Rieny.
Tampaknya saja saya ini modern, mandiri dan cerdas.
Padahal di dalamnya, saya adalah anak manja yang tak sanggup menghadapi kesulitan hidup dan saya punya.
Mama yang biasanya membantu menyelesaikan masalah, karena ayah punya segunung cinta pada saya, tapi saya tak pernah lari ke beliau, kecuali untuk minta dipeluk dan disayang-sayang.
Baca Juga: Tidak Mau Menyentuhku, Suamiku Malah Nonton Video Porno Terus
Penulis | : | Rieny Hassan |
Editor | : | Maria Ermilinda Hayon |
KOMENTAR