Karena sifat positifnya tadi, yang lalu membuat kita ingin mengalaminya lagi, dan lagi.
Bagaimana kalau Jeng Cempaka me[1]nerapkan ini dan mulai lagi mengajak suami untuk kembali membangun kebiasaan mengelola bipolarnya dengan lebih disiplin?
Tunjukkan apresiasi kalau ia taati prosedur yang disarankan dokter?
Titik-titik penting untuk memperbaiki hubungan dengan suami, memang tak lepas dari pengendalian bipolarnya ya sayangku, maka jangan kesampingkan ini.
Ke dokter, dengarkan nasihatnya dan jalankan apa yang diberikan.
Tentu saja, Mas T dan Anda perlu saling menguatkan motivasi untuk mengatasi dan mengelola bipolar ini bersama.
Di sisi Anda, pasti akan banyak sekali kesabaran, pengendalian diri saat ia sedang kumat (maaf, saya tidak bermaksud kasar memakai kata kumat).
Dan karena antisipasi serta pence[1]gahan selalu berdampak baik, bagaimana kalau Anda rajin mencari tahu, paling baik adalah bertanya pada psikiater yang menangani Mas T.
Faktor pencetus apa yang harus ditenggarai seksama, agar sedapat mungkin dihindari.
Yang berikut, jangan diam di zona Anda sekarang ini.
Selalu mencoba membuat situasi yang ada sebagai tantangan untuk bersikap dan bertindak lebih efektif lagi.
Agar bisa menghasilkan dampak yang lebih positif pada kehidupan Anda dan Mas T.
Apa boleh buat, nampaknya memang sudah tak perlu dipertanyakan lagi, Andalah yang harus lebih banyak berinisiatif me[1]lakukan ini semua, sambil tak lupa meng[1]gandeng tangan suami, menapaki kebaikan dan keindahan perkawinan.
Di atas semua ini, sebenarnya Anda selalu harus berusaha jujur pada diri sendiri, menjawab pertanyaan, benarkah memang Anda ingin menghabiskan sisa usia bersama Mas T?
Siapkah Anda berdampingan dengan se[1]seorang yang akan butuh perawatan seumur hidupnya?
Kuatkah Aanda membantunya untuk selalu membuatnya berada dalam situasi kondusif agar bisa terus berkarya, berkesenian sambil menumbuhkan juga rasa tanggung jawab dan cinta pada Anda?
Bila jawabannya lebih banyak ya, ya dan ya, bukankah perkawinan ini layak diper[1]tahankan?
Ayo Jeng Cempaka, kalau untuk kawin kita butuh mengintensifkan emosi cinta, maka untuk mempertahankannya, cinta adalah bumbu penyedap hidup.
Dan penalaranlah yang harus dikede[1]pankan dan tetap dipelihara agar kita selalu bisa melihat masalah dengan jernih, memakai logika dan sistematika berpikir yang baik untuk bisa membuat keputusan-keputusan penting dalam hidup.
Sekaligus menyikapi bahwa dibalik masalah, ada tantangan untuk mencari solusi konstruktif untuk hidup Anda berdua. (*)
Penulis | : | Rieny Hassan |
Editor | : | Maria Ermilinda Hayon |
KOMENTAR