Apa saja kuliner malam di Surabaya?
Kober Mi Setan
Saat malam menjelang, suasana di pojok Jalan Kaca Piring, Surabaya, terlihat lain dari biasanya. Antrian orang mengular panjang, sampai-sampai meluber ke Jalan Kusumabangsa. Mereka rela berdiri sepanjang itu demi menikmati sajian Kober Mi Setan (KMS) yang setiap hari buka sejak sore hingga tengah malam.
Sebutan "setan" untuk menu mi sendiri dipakai agar menarik pembeli dan membuat mereka penasaran. "Bahkan selain Mi Setan ada pula menu horor yang lain, yaitu Mi Iblis. Minumannya ada Genderuwo dan Pocong," jelas manajer warung ini, Arif Afandi.
Keistimewaan menu-menu mi yang dijual KMS terletak pada rasa pedasnya. Mi Setan memiliki rasa pedas yang sedang. Tapi Mi Iblis punya beberapa level tingkatan yang bisa dipilih oleh para pembeli. "Siapapun yang mengaku jawara rasa pedas, silakan datang menikmati sajian KMS. Kami tanggung puas," kata Kopik, pemilik KMS.
Nasi Cumi Jalan Waspada
Warung Nasi Cumi (NC) yang terletak di Jalan Waspada, Surabaya, lokasinya hanya menempel pada sebuah bangunan, alias tak berbentuk bangunan permanen. Namun soal rasa, warung milik Bu Atun yang berasal dari Madura ini tak perlu dipertanyakan. Warung yang buka selama 24 jam sehari ini selalu ramai dibanjiri pembeli, yang kebanyakan mengendarai mobil pribadi.
Warung ini tak hanya menjual cumi saja, walaupun namanya nasi cumi. Ada banyak varian lauk, mulai dari telur bali, peyek udang, gorengan empal, babat, usus, dan juga paru. Meski, nasi cumi yang diolah dengan bumbu khas berwarna hitam menjadi andalan dan dicari banyak orang.
Meski buka sepanjang hari, NC lebih ramai di malam hari ketimbang siang. Pasalnya, "Kalau siang kursi yang kami sediakan terbatas. Kalau sudah malam, jalanan yang ada di depan bisa diberi kursi tambahan untuk makan," ujar Nadia (19), keponakan Bu Atun yang sehari-hari membantu berjualan.
Bubur Ayam Bang Dudung
Satu lagi kuliner yang menjadi jujugan banyak orang di tengah malam sampai dini hari adalah Bubur Ayam Bang Dudung di Jalan Kedungdoro, Surabaya. Kendati baru buka pukul 00.00, nyatanya tak mengurangi minat pembeli. Yang datang pun tidak hanya mereka yang habis hang out menikmati suasana Surabaya di malam hari, tapi juga mereka yang datang dari rumah masing-masing, sengaja ingin menikmati semangkuk bubur Bang Dudung.
Rasa bubur buatan Dudung memang berbeda dengan bubur ayam pada umumnya di Surabaya, karena Dudung membuat buburnya khas Ciamis, tanah kelahirannya. "Ada beberapa resep yang berbeda," ujar Dani (30), putra Bang Dudung. tanpa mau mengungkap apa resep rahasianya.
Karena jumlah meja-kursi kerap tak sepadan dengan peminatnya, sebagian besar pembeli rela melahap bubur sambil lesehan di bahu jalan atau di dalam mobil masing-masing. "Kami tadi sudah tidur di kos masing-masing, tapi begitu menjelang jam 12 malam bangun dan ramai-ramai naik motor ke sini," kata Santi (21), seorang mahasiswi Unair.
Gandhi Wasono M.
KOMENTAR